NEGARA, BALIPOST.com – Abrasi di Pantai Pebuahan cukup parah. Kondisi ini dikhawatirkan akan makin parah di tengah cuaca ekstrem, angin disertai gelombang tinggi di Selat Bali sepekan terakhir.
Sejumlah bangunan di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara rusak. Kepala Pelaksana (kalaksa) BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, Minggu (12/1), mengatakan sejatinya peristiwa ini bukan sekali ini terjadi. Melainkan sudah sering berulang, terutama saat angin kencang disertai gelombang tinggi.
Sejak awal, BPBD turun bersama petugas beberapa bulan lalu saat gelombang pasang, sudah mengimbau warga yang tinggal di sana untuk waspada. Dan diharapkan kepada warga bila memungkinkan pindah.
Apalagi, lanjutnya, sebagian besar tanah yang terkena abrasi itu merupakan tanah negara. “Kami sudah mengimbau agar pindah dengan kondisi seperti itu. Tetapi masih banyak yang disana terutama warung kuliner,” ujar mantan Sekretaris Dinas Hubkominfo ini.
Selanjutnya untuk penanganan, BPBD tetap melakukan pemantauan jika terjadi situasi bencana. “Sejauh ini masyarakat sudah sendirinya pindah ketika ombak tinggi. Di sana juga sebagian besar yang ada bangunan merupakan tanah negara,” tambah Eko.
Sementara itu, untuk penanganan abrasi, di Pebuahan ini memang sudah beberapa kali dikunjungi petugas. Baik dari Kabupaten, Provinsi hingga Pemerinta Pusat.
Namun tindak lanjut untuk penanganan abrasi pantai belum terealisasi hingga bertahun-tahun. Sebagian besar bangunan warung kuliner di tepi pantai sudah hancur tergerus air laut. Selain itu akses jalan desa juga sudah terputus.
Warga terutama yang memiliki usaha warung kuliner memasang penahan gelombang sederhana dari bambu, ban dan tumpukan karung kampil diisi material. Teranyar, pada awal pekan lalu, gelombang tinggi menghancurkan sejumlah bangunan di pinggir pantai tersebut.
Tercatat ada belasan bangunan yang mengalami kerusakan beragam, akibat tanah tergerus air laut. Sementara warga sudah mengantisipasi dengan mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Tidak ada korban jiwa dalam bencana akibat air laut tersebut. (Surya Dharma/balipost)