Kadisperindag Bali I Wayan Jarta (kanan). (BP/jay)

DENPASAR, BALIPOST. com – Cuaca buruk yang terjadi belakangan ini sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian. Akibat cuaca ekstrem, beberapa tanaman pertanian terserang berbagai penyakit, bahkan ada yang sampai gagal panen. Kerusakan tanaman berdampak pada penurunan produksi di tingkat petani, sedangkan harga di pasaran berpotensi naik.

Hal itu sudah mulai terjadi, namun kenaikan harga belum berpengaruh terhadap masyarakat. Ini disampaikan Kadis Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Bali I Wayan Jarta di Denpasar, Selasa (14/1).

Ia menjelaskan, cuaca buruk dan iklim yang tidak menentu belakangan ini seperti curah hujan dan angin kencang sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian di Bali. ”Ini terjadi setiap tahun. Tanaman holtikultura seperti cabai, bawang merah dan bawang putih, bahkan sayur-sayuran terkena  penyakit. Saat musim hujan tanaman ini sulit tumbuh. Jika dipaksakan harus dibudidayakan, pasti biaya produksinya sangat tinggi,” katanya.

Baca juga:  Kebutuhan Uang Tunai Jelang Hari Raya Rp 3,62 Triliun

Tanaman holtikultura itu justru akan tumbuh baik dan bagus pada musim panas, asalkan tidak sampai kekeringan. Dalam kondisi cuaca buruk belakangan ini, secara otomatis produksinya menurun. Akan tetapi menurun dalam batas-batasan masih ada barangnya di pasaran. ”Boleh kita katakan kebutuhan masyarakat masih standar dan tidak terjadi hal yang luar biasa. Artinya bersifat rutinitas karena tidak ada hari raya. Permasalahan ini (adanya kenaikan harga-red) akan muncul ketika hari raya,” ucapnya.

Baca juga:  Kelanjutan Kompetisi Liga 1 Tunggu Rampungnya Standar Keamanan

Jarta lebih lanjut menyatakan, lonjakan harga sekarang ini tidak sampai meresahkan masyarakat, sebab kebutuhannya tidak signifikan. Ketika pasokan berkurang, harga di pasaran pasti naik. Jangan sampai saat tidak ada pasokan, justru ada penimbunan. Hal ini yang tidak boleh terjadi. Untuk mengantisipasi hal itu, ada Satgas Pangan yang dipimpin dari Bareskrim Polri.

Ke depannya pihaknya tetap melakukan pemantauan harga. Apalagi bulan depan hari raya Galungan dan Kuningan yang tentunya harga bahan kebutuhan pokok akan naik. “Setiap hari raya kami mempunyai program khusus. Salah satunya menggelar pasar murah atau operasi pasar. Kita ambil barang yang harganya murah dibawa ke tempat dengan harga tinggi. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi sentimen harga yang berkelanjutan,” imbuhnya. (Pramana Wijaya/balipost)

Baca juga:  Meski Hari Raya, Penjualan Emas di Negara Lesu
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *