TABANAN, BALIPOST.com – Setelah karya agung mamungkah pada April 1993 lalu, kini di Pura Luhur Batukaru, Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, kembali akan digelar karya agung. Kali ini berupa Karya Agung Pangurip Gumi.

Puncak karya jatuh pada Wraspati Umanis Dunggulan, 20 Februari 2020 atau bertepatan dengan puncak pujawali di pura ini. Persiapan upacara sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu oleh krama pangempon Pura Sad Kahyangan ini.

Jro Bendesa Wongaya Gede Ketut Sucipto, Jumat (17/1) mengatakan, persiapan karya agung sudah mendekati rampung. Bahkan, pengawin serta perangkatan Ida Batara sudah dipundut untuk dibawa ke Pura Batukaru. “Tadi krama Wongaya Kaja yang dapat giliran ngayah membawa perangkatan Ida Batara ke pura,” ujarnya.

Baca juga:  Bupati Tamba Ngaturang Sembah Bhakti Pujawali Pura Dang Kahyangan Jati

Karya Agung Pangurip Gumi di Pura Luhur Batukaru bertujuan agar alam semesta beserta isinya mendapatkan kerahayuan. Karena itu, pihaknya berharap umat se-dharma bisa ikut mensukseskan penyelenggaraan karya ini. “Karya Agung Pangurip Gumi ini bukan semata untuk umat di Tabanan saja melainkan untuk Bali, Nusantara bahkan umat di seluruh dunia,” ujar Sucipto.

Dikatakan, yang menjadi perhatian bersama dalam karya ini salah satunya melasti. Karena saat Ida Batara melasti ke segara Tanah Lot, Kediri, Tabanan, tidak akan menggunakan kendaraan. Ribuan pangiring akan berjalan kaki dari Pura Luhur Batukaru menuju segara.

Baca juga:  Karya Agung Pengurip Gumi Pura Luhur Batukaru

Prosesi ini akan berlangsung selama empat hari yakni mulai Rabu (29/1) hingga Sabtu (1/2). Saat kegiatan ini, Ida Bhatara yang melasti bukan saja yang berstana di Pura Luhur Batukaru tetapi juga diikuti pura-pura lainnya yang termasuk dalam jajar kemiri Pura Luhur Batukaru.

Kegiatan akan semakin padat jelang puncak karya. Karya ini baru akan berakhir pada 2 April mendatang yang diakhiri dengan ngaturang banten bulan pitung dina.

Baca juga:  Jelang Melasti Rangkaian Karya Pangurip Gumi, Dinas PUPR Lakukan Ini

Namun, sebelum berakhirnya karya ini, setelah puncak karya, juga dilangsungkan karya ngelawa. Upacara ini sama dengan melasti, namun rutenya berbeda.

Waktu yang diperlukan yakni tiga hari, berjalan kaki menuju beberapa pura dan desa yang ada di seputaran Pura Luhur Batukaru dan kembali ke Pura Luhur Batukaru. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *