Pedagang di pasar tradisional sedang memilah cabai merah besar. (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Program menanam dalam pot (Molapot) memanfaatkan pekarangan masyarakat didorong Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana. Program ini diharapkan menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga terutama komoditi seperti cabai, tomat, sayur dan lain-lain.

Sehingga ketika kondisi harga melambung tinggi seperti saat ini, warga khususnya konsumen rumah tangga bisa tercukupi kebutuhannya. Dari informasi, harga cabai di Pasar tradisional di Jembrana saat ini melambung hingga di atas Rp 50 ribu per kilogram.

“Rata-rata kebutuhan di pasar masih mengandalkan dari luar Bali. Kebutuhan cabai ada dua konsumen, satu rumah tangga dan satu lagi industri. Dan sebagian besar di pasar itu merupakan kebutuhan industri,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, I Wayan Sutama, Jumat (17/1).

Baca juga:  Ternak Masuk Bali Masih Dilarang! 4 Kabupaten di Jatim Ini Masuk Daerah Wabah PMK

Sejatinya untuk stok dari petani beberapa komoditi hingga saat ini belum mengalami kendala. Stok selalu ada, hanya saja ada kenaikan harga. Untuk kebutuhan rumah tangga, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana sejak awal mendorong program Molapot. Dengan harapan warga yang menanam sendiri bisa memenuhi kebutuhan untuk bumbu dapur itu.

Satu pot bisa menghasilkan cabai untuk satu keluarga. Dalam program ini, juga dianjurkan satu rumah memiliki dua pot. Selain cabai, juga bisa ditanam untuk kebutuhan bumbu lainnya seperti tomat, sayur atau yang lainnya. “Paling tidak dua pot saja, dengan rutin menanam itu tercukupi. Paling tidak membantu ketika ada kondisi seperti ini,” terangnya.

Baca juga:  Empat Jenazah Sudah Diambil Keluarga, 2 Belum Teridentifikasi

Khusus untuk komoditi cabai, luas lahan petani tercatat rata-rata delapan hektar per tahun. Dengan hasil produksi rata-rata per hektarnya menghasilkan 10 hingga 15 ton.

Dari data, sejumlah lahan yang produktif untuk cabai ini ada di Banjar Air Anakan Banyubiru dan Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara. Tetapi, untuk masa panen, menurutnya tidak langsung dalam sekali. Melainkan berbeda-beda waktu dan distribusi bukan hanya di Jembrana saja.

Baca juga:  Korupsi LPD Tamansari, Dua Terdakwa Divonis Berbeda

Sementara itu beberapa petani cabai di Jembrana juga mengalami kendala produksi cabai karena dampak iklim. Serangan hama sejenis wereng mengakibatkan pertumbuhan cabai tersendat. Dinas Pertanian dan Pangan juga telah menindaklanjuti hal tersebut dengan penanggulangan hama. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *