DENPASAR, BALIPOST.com – Sejak Pra Pelita di era Presiden RI Soeharto hingga tahun 2019 lalu, tercatat 56.343 KK dengan total 221.375 jiwa orang Bali yang sudah berangkat transmigrasi. Namun, ada tren penurunan peserta transmigrasi yang cukup drastis bila dibandingkan dulu.
Di era Pra Pelita hingga Pelita I-VI, jumlah orang Bali yang melakukan transmigrasi mencapai puluhan ribu jiwa. Tapi sejak 1999 hingga 2013, hanya ratusan jiwa saja yang berangkat setiap tahunnya. Setelah itu, bahkan tak sampai seratus jiwa yang berangkat. Kecuali di tahun 2016 yang sempat menembus 148 jiwa.
Kasi Transmigrasi, Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali, I Ketut Walia ditemui di kantor dinas setempat, belum lama ini mengatakan sedikitnya ada tiga hal yang menyebabkan orang Bali bertransmigrasi. Yakni, tidak memiliki lahan, tidak punya ketrampilan lain selain bertani, dan menghindari konflik sosial di daerah asalnya.
“Sifat transmigrasi itu sukarela, tidak ada dipaksa. Kita hanya memfasilitasi karena dana dari pemerintah pusat,” ujarnya.
Walia menambahkan, tahun 2020 ini Bali akan mendapatkan kuota 10 KK dengan tujuan transmigrasi ke Sulawesi Tenggara. Padahal dulu, kuota untuk Bali bisa mencapai puluhan bahkan ratusan karena pemohon transmigrasi juga banyak. Terutama dari daerah Nusa Penida. Tapi sekarang jumlah pemohon sudah jauh lebih sedikit.
“Sekarang sulit cari pemohon, salah satunya karena perkembangan pariwisata,” jelasnya.
Untuk menjadi seorang transmigran, Walia menyebut pada intinya harus siap bekerja keras. Kalau memang bisa bertahan, pasti akan diikuti dengan peningkatan kesejahteraan. Secara umum, orang Bali yang mengikuti transmigrasi terkenal ulet sehingga mampu hidup sejahtera dan berhasil. (Rindra Devita/balipost)