Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor properti, meski dikatakan lesu, tetap tumbuh setiap tahunnya. Tumbuhnya mencapai 10 persen.

Bahkan penyumbang pertumbuhan sektor properti adalah perumahan bersubsidi dan perumahan untuk kalangan menengah ke bawah. Sedangkan pertumbuhan perumahan menegah ke atas, stagnan.

Sekretaris DPD REI Bali Tino Wijaya, Kamis (16/1), mengatakan pada 2019, rumah subsidi yang telah terbangun sebanyak 2.954 unit dan perumahan non subsidi sebanyak 1.729. Angka ini meningkat dibanding 2018, rumah subsidi yang terbangun sebanyak 2.474 unit, non subsidi sebanyak 1.368 unit.

Tahun 2019, sektor properti masih bertumbuh tapi kecil dibandingkan 5 tahun sebelumnya. Pembelinya juga lebih banyak end user, konsumen yang dulunya belum pernah bermimpi mempunyai rumah, saat ini sudah berani membeli rumah.

Baca juga:  Dari Bali United Tampil Menyerang hingga Tambahan Pasien Sembuh Lebih dari 2 Kali Lipat

Pembeli rumah lebih banyak datang dari kalangan menengah ke bawah dan rumah bersubsidi. Peningkatan permintaan terlihat dari jumlah rumah yang dibuat anggota REI. “Saat ini perumahan subsidi sedang ramai karena program pemerintah. Kalau dipantau dari survei BI juga pertumbuhannya 10 persen setahun,” ujarnya.

Meski permintaan rumah subsidi tinggi namun ada beberapa kabupaten yang belum merealisasikan perumahan subsidi seperti Bangli, Karangasem, Klungkung, Gianyar.

Potensi market saat ini dikatakan lebih banyak masyarakat menengah ke bawah dan kecil. Pertumbuhannya 10 persen dalam setahun. Sementera permintaan menengah dan ke atas hampir menurun, tidak ada peningkatan sejak sekian tahun.

Baca juga:  Diserbu Pengembang, Ratusan Lahan Hijau di Batuagung dan Dangintukadaya

Permintaan rumah yang tinggi lebih banyak menginginkan berlokasi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. “Pengembang bisa menjawab permintaan pasar itu, namun produknya dikemas menjadi lebih terjangkau baik dari bangunannya, lahannya lebih kecil sehingga lebih terjangkau dibeli karena nilai lahan di Badung dan Denpasar sudah sangat tinggi,” ungkapnya.

Permintaan dari kalangan menengah ke bawah biasanya rumah konvensional yaitu berlantai satu, rumah sederhana. Sementara permintaan rumah masa kini terbanyak berkonsep town house, rumah studio, rumah berlantai dua namun jumlah kamarnya dua.

Baca juga:  Agustus, Tarif Penyeberangan di Pelabuhan Padangbai Naik

Untuk kalangan menengah atas, biasanya permintaannya di lokasi strategis seperti pusat perkotaan perkantoran atau dekat dengan pusat pariwisata. Contohnya di Badung daerah Jimbaran, Pandawa, Pantai Kuta, Legian, Seminyak. Selain itu ciri bangunannya semi vila, bisa sebagai hunian, bisa komersial. Sedangkan di daerah Denpasar, kalangan menengah atas lebih banyak menginginkan lokasinya di Renon dan pusat kota.

Kalangan menengah ke bawah lebih banyak lokasi rumahnya di Gatot Subroto Timur, Barat, A.Yani Utara, Nangka, Denpasar karena daya beli market di bawah Rp 600 juta – Rp 700 juta. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *