Wisatawan mancanegara sebelum Covid-19 menghabiskan liburan di Pantai Canggu, Badung. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ketua PHRI Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan Bali harus menuju pada quality and sustainable tourism. Salah satunya dengan menekan perang harga kamar hotel lewat pengaturan harga jual minimum.

Tujuannya untuk memproteksi pengusaha, destinasi, hingga karyawan hotel itu sendiri. “Persaingan pariwisata luar biasa. Bintang 5 ambil bintang 4, dan seterusnya. Ini Bali akan terkenal karena menjadi the cheaper tourism destination in the world (destinasi murah, red),” ujarnya dalam FGD Ranpergub tentang Penyelenggaraan Tata Kelola Pariwisata Bali di kantor Dinas Pariwisata Provinsi, Selasa (21/1).

Baca juga:  Kumulatif Korban Jiwa COVID-19 di Bali Capai 1.100 Orang, Ini Rincian Tambahan Terbarunya

Menurut Rai Suryawijaya, harga kamar hotel di Jogja jauh lebih mahal daripada di Bali. Padahal, hotel-hotel di Bali jauh lebih bagus.

Kemudian di Singapura, kamar hotel berbintang bisa dijual Rp 3-4 juta per malam. Sedangkan di Bali yang memiliki fasilitas private pool dan lebih bagus hanya dijual Rp 1 juta.

Ini menjadi ironi di tengah investasi yang bisa mencapai ratusan miliar. “Ini tidak benar. Kalau kita lihat dari segi pengusaha sudah rugi, nggak dapat profit,” Imbuhnya.

Baca juga:  Dari Cari Pemudik Tenggelam hingga Dua Digit Kasus COVID-19 Baru

Rai Suryawijaya menambahkan, saat ini ada sekitar 146 ribu kamar hotel di Bali. Dengan kunjungan 6,3 juta wisatawan, maka rata-rata okupansi atau tingkat hunian hanya 67 persen. Artinya, masih ada sekitar 35 persen kamar lagi yang harus dijual.

Oleh karena itu, Bali harus berani melakukan kajian terkait carrying capacity. Lebih ekstrem lagi agar dilakukan moratorium minimal 3 tahun dan maksimal 5 tahun.

Baca juga:  Kemenhub Respons Surat Gubernur Bali Soal Pengendalian Penumpang Cegah COVID

Setelah itu barulah bisa meningkatkan harga jual. Di samping dampak positif lain yakni tidak banyak terjadi alih fungsi lahan untuk membangun hotel. “Pemerintah mendukung seharusnya, dengan meningkatkan tingkat hunian 20 persen menjadi 85 persen, otomatis pendapatan naik. Terus harga juga bisa dinaikkan 20 persen, otomatis juga pendapatan naik. Dari target Rp 6 triliun, pasti bisa Rp 8 triliun,” pungkasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

2 KOMENTAR

  1. Masalahnya lebih banyakan jumlah penginapan daripada tamunya, gimana gak banting harga. Sedangkan kalo di bali ada investor mau bangun F1 sirkuit dan tempat activitas berkelas lainnya di demo, tiap hari. Bali kekurangan infrastruktur atraksi kelas dunia, masalah sampah dan kemacetan yg sangat mencoreng citra bali juga belum bisa diselesaikan. Kalo ada pemimpin yg mau dan bisa membereskan masalah2 diatas, saya dukung 100%.

  2. Salah satu menyebabkan kenapa Bali di bilang MURAH… ya krn memang para Pemlik Hotel yg membuka ruang utk menjual harta Kamar murah… kenapa itu dia lakukan ? sdh jelas utk meningkatkan Hunian Kamar…. seharusnya Pemda harus tegas dan membuat Perda tentang Harga Kamar… yg melanggar dapat sangsi tegas… bila perlu Ijinnya dicabut bagi yg membandel….

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *