TABANAN, BALIPOST.com – Matinya puluhan babi milik peternak di Jegu, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan membuat resah peternak. Pasalnya kematian babi secara mendadak ini tersebar hampir di sembilan banjar yang ada di desa setempat.
Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan drh. I Wayan Suamba membenarkan adanya puluhan ekor babi milik warga Jegu mati mendadak. Diakui, pihaknya baru menerima laporan tersebut sejak 10 Januari tersebut. “Begitu kami mendapat laporan, kami langsung turun ke lokasi bersama Balai Veteriner Bali untuk melakukan pengecekan,” ungkapnya, Selasa (21/1).
Dari hasil pengecekan pada babi-babi yang ada, ditemukan bercak atau bintik-bintik merah. Selain itu ditemukan warna biru di telinga babi.
Dari ciri-ciri yang ada pada babi tersebut, sama seperti penyakit kena kolera atau African Swine Fever (ASF) atau virus Flu Babi Afrika. Namun, pihaknya belum bisa memastikan penyakit apa yang menyebabkan kematian babi tersebut.
“Dari hasil pemeriksaan dilakukan balai veteriner belum dipastikan jenis penyakitnya, petugas BPVet Bali bahkan langsung membawa sampel tersebut ke Medan (Sumatra Utara) dan selanjutnya ke Jakarta untuk diteliti lebih lanjut. Untuk hasilnya butuh waktu cukup lama untuk mengetahui,” ucanya.
Sebagai langkah awal, pihaknya turun memberikan obat disinfektan kepada para peternak dan warga. Warga harus melakukan sterilisasi kandang dan lingkungan dengan disinfektan tersebut agar virusnya mati.
Selain itu, pihaknya menginstruksikan setiap babi yang mati langsung dikubur dan tidak boleh dibuang sembarangan karena sangat berbahaya. “Bahkan saya minta peternak babi pejantan yang biasa menyewakan pejantannya secara keliling untuk menghentikan sementara. Takutnya tertular juga dan menularkan ke babi yang lainnya,” sebutnya. (Dewi Puspawati/balipost)