Suasana di Bandara Ngurah Rai. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Mega proyek senilai Rp 5 triliun yang merupakan proyek Angkasa Pura I membangun Light Rapid Transit (LRT) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai-Kuta direspons positif Pemprov Bali. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Gede Wayan Samsi Gunarta, Kamis (23/1), menyampaikan pihaknya berharap rencana tersebut segera terealisasi.

Ia mengatakan, Angkasa Pura 1 telah melakukan koordinasi dengan pihaknya terkait rencana pembangunan LRT. Rencana pembangunan pun dinyatakan sudah sesuai rencana induk dan saat ini masih dalam tahapan memulai prakarsa dalam kerangka rencana induk KA Bali. ‘’Mudah-mudahan hal ini benar-benar segera bisa terwujud dengan cepat,’’ kata Samsi Gunarta.

Baca juga:  Menkominfo Ditetapkan Tersangka

Pembangunan LRT ini akan melibatkan pihak Korea Selatan. Penandatanganan nota kesepahaman telah dilakukan di Jakarta.

Dikutip dari Antaranews, proyek LRT dengan nilai investasi sekitar Rp 5 triliun itu merupakan proyek PT Angkasa Pura I yang dibangun atas kerja sama dengan PT Nindya Karya (Persero), Korea Overseas Infrastructure & Urban Development Corporation dan Korea Rail Network Authority. Penandatanganan kerjasama dilakukan oleh Plt Direktur Utama Nindya Karya Haedar A. Karim, Executive Director KIND Lim Han Gyu, Executive Director KRNA Son Byeong Doo serta disaksikan Deputi Perencanaan Penanaman Modal BKPM Ikmal Lukman.

Baca juga:  Istri Hamil, Malah Gadaikan Motor Majikan Demi WIL

Haedar mengatakan nantinya pihaknya dan pihak Korea Selatan akan bertemu dengan Angkasa Pura I untuk membahas mengenai detail proyek pada Rabu (22/1) sekaligus melakukan penandatangan nota kesepahaman proyek. Ia menjelaskan nantinya LRT akan dibangun di bawah tanah mengikuti ketentuan budaya di Bali yang tidak mengizinkan adanya bangunan tinggi.

Meski diakuinya, pembangunan dengan konstruksi di bawah tanah memang membuat biaya proyek menjadi lebih besar. Pembangunan LRT yang diharapkan dapat mengurangi kepadatan Bandara Ngurah Rai itu ditargetkan bisa dimulai pertengahan tahun dan selesai dalam kurun waktu 1,5 hingga dua tahun. “Paling lama tiga bulan setelah tanda tangan MoU dengan Angkasa Pura I, kita mulai FS (studi kelayakan). Tapi kita usahakan tahun ini sudah mulai konstruksi,” imbuhnya. (Pramana Wijaya/balipost)

Baca juga:  Tak Perlu Diubah! Pariwisata Bali Berlandaskan Kebudayaan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *