Peternakan babi di Tabanan. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Meski belum ada hasil resmi terkait virus Africa Swine Fever (ASF) yang diduga menjadi penyebab puluhan ekor babi mati mendadak di Desa Jegu, Kecamatan Penebel, namun para peternak babi di Tabanan sudah merasa cemas. Bahkan pengusaha ternak babi dengan skala besar mengaku sudah mengalami kerugian lantaran babi sehat yang mereka jual dihargai jauh di bawah standar.

Peternak babi, Gusti Putu Winiantara menjelaskan, pihaknya hanya bisa berusaha mengantisipasi penyebaran virus dengan manajemen kandang yakni menjaga sanitasi kandang dengan penyemprotan disinfektan serta membatasi akses orang luar masuk ke kandang. “Kami dari peternak terus terang saja sudah sangat cemas dengan penyebaran virus ASF karena ini terkait keberlangsungan usaha. Meski diantisipasi dengan pemberian pakan dedak ditambah pakan pabrikan, itu tidak menjamin sepenuhnya karena ini virus bukan bakteri,” terangnya, Rabu (22/1).

Baca juga:  Laklak Biu Men Bayu, Lestarikan Kuliner Khas Bali di Masa Tua

Guna mengantisipasi virus ASF, peternak harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli disinfektan. 1 liter disinfektan yang biasanya habis digunakan dalam satu bulan, kini habis hanya dalam 4 hingga 5 hari. “Harganya kalau kualitas kelas 3 sekitar Rp 100 ribu, kalau kualitas 1 di harga Rp 300 ribu,” terangnya.

Begitupun ketika hendak menjual babi, saat ini banyak tukang potong babi yang selektif meskipun babi yang dijual dalam kondisi sehat. Mereka cenderung menanyakan terlebih dahulu, apakah selain babi yang akan dijual tersebut ada babi lain yang sakit. Jika ada, maka mereka tidak jadi membeli meski babi itu sehat. (Puspawati/balipost)

Baca juga:  Bangun PAUD Bernuansa Hindu, Desa Adat Sembung Gede Koordinasi dengan Desa Dinas
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *