Ilustrasi. (BP/ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Analis Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali Umran Usman memprediksi Bali akan mengalami kekurangan tenaga kerja. Dengan asumsi dari 4 juta jumlah penduduk Bali, angkatan kerjanya 77,5 persen, diprediksi ada kekurangan pasokan tenaga kerja yang tidak bisa disuplai tenaga kerja lokal.

Ini akan mendorong migrasi dari luar Bali. Untul level operator, tahun 2025 Bali akan kekurangan 16.938 tenaga kerja dan tahun 2030 akan kekurangan 25.780 orang.

Untuk level supervisor, tahun 2025 akan kekurangan 13.621 pekerja dan tahun 2030 akan kekurangan 21.125 pekerja. Untuk level manajer, tahun 2025 akan kekurangan 537 pekerja dan tahun 2030 akan kekurangan 831 pekerja.

Baca juga:  Telan Dana Hampir Setengah Miliar, KPK Soroti Pembangunan Toilet di Bangli

Prediski ini berkorelasi dengan keterangan dari Kepala Biro Pusat Statistik Bali Adi Nugroho. Menurutnya, tingkat pendidikan penduduk Bali masih didominasi lulusan Sekolah Dasar yakni di angka 21 hingga 27 persen dari total penduduk.

Bahkan jika digabungkan dengan penduduk yang tidak memiliki ijazah yang berada di angka 14 hingga 19 persen, maka penduduk kurang berpendidikan di kisaran 43 persen dari total jumlah penduduk Bali.

Masyarakat yang berpendidikan SMP atau sederajat persentasenya 13 persen hingga 19 persen. Persentase terbanyak pendidikan masyarakat Bali adalah SMA atau sederajat yaitu 31 sampai 33 persen.

Baca juga:  Serap aspirasi, Ajak "Megesah" Warga Tukadaya Lewat Bupati Menyapa

Sementara yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi (PT) persentasenya kecil yaitu 11 hingga 13 persen. “Artinya, masih banyak masyarakat Bali yang pendidikannya rendah,” ujarnya.

Tingkat pendidikan ini sangat memengaruhi daya tahan ruang ekonomis masyarakat Bali. Andai saja masyarakat Bali berpendidikan tinggi, mereka tentu akan memiliki kemampuan untuk menciptakan produk-produk bernilai ekonomi tinggi.

Misalnya dalam bidang pertanian. Jika petani memiliki tingkat pendidikan tinggi akan menciptakan produk pertanian bernilai tambah tinggi.

Baca juga:  Dua Hari, Tambahan Korban Jiwa COVID-19 di Bali Didominasi Tanpa Komorbid

Demikian disampaikan pengamat ekonomi Prof. Wayan Ramantha. “Artinya intelektual meningkat, kita harapkan mereka bisa lebih survive. Misalnya di sektor pertanian mereka pendidikannya bagus, menguasai teknologi, mereka pun akan meningkatkan nilai tambah ekonominya. Seperti petani di Australia dan Jepang,” bebernya.

Ia menyebut IPM (Indeks Pembangunan Manusia) pun akan meningkat sèiring dengan peningkatan pendidikan masyarakat. Masyarakat Bali perlu diedukasi, perlu diperkuat dan di-empowering (berdayakan) agar bisa menggali potensi ekonomi dan bisa meningkatkan nilai ekonomi dari tanah yang dimiliki. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *