Ilustrasi. (BP/ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia lebih banyak didatangkan dari luar negeri alias impor. Sementara produksi sendiri di dalam negeri masih minim.

Menurut salah satu pedagang besar farmasi dari Bali, Komang Agus Satria Pramudana, Jumat (24/1), SDM Indonesia masih lemah dalam menciptakan alkes canggih seperti CT Scan, MRI, dan lainnya. Meski demikian, pertumbuhan produksi alkes di dalam negeri meningkat tiap tahunnya.

Baca juga:  2019, Anggaran Riset Capai Rp 2,5 Triliun

Terlihat dari adanya penambahan jenis alkes dalam setiap pameran. “Yang namanya produksi tidak hanya memproduksi tapi juga harus punya izin edar. Untuk mempunyai izin edar, beberapa persyaratan harus dipenuhi. Sementara setiap tahun karena pemerintah pun mendorong, produksi bertambah banyak dan izin edarnya juga tambah banyak,” ungkapnya.

Secara komposisi, impor masih lebih banyak daripada produksi dalam negeri meskipun produksi dalam negeri sudah meningkat. Komposisinya, lebih dari 50 persen impor. Demikian juga halnya dengan obat.

Baca juga:  OASE Kabinet Kerja Sosialisasi Pencegahan Stunting di Bangli

Komposisi produksi obat dalam negei 80 persen, sedangkan 20 persen impor obat jadi. Bahan baku obat pun dominan impor sehingga belum bisa 100 persen produksi dalam negeri. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *