BANGLI, BALIPOST.com – Tradisi ngejot tidak saja dilakukan umat Hindu saat ada odalan. Umat Buddha etnis Tionghoa saat hari raya Imlek pun melakukan hal ini.
Seperti yang dilaksanakan beberapa warga keturunan Tionghoa di Kintamani. Dua hari sebelum Imlek biasanya mereka membagikan bingkisan makanan kepada tetangga/umat lain di sekitar rumahnya.
Isi bingkisannya terdiri dari kue dan buah. “Tradisi ini sudah kami lakukan secara turun temurun,” ungkap I Made Suardana/ Khu Bok Sun, salah seorang warga Tionghoa di Kintamani yang merayakan Imlek.
Selain memasang pernak-pernik, untuk menyambut Imlek, warga Tionghoa di Kintamani juga biasanya menyiapkan aneka jenis kue. Suardana mengatakan beberapa kue yang wajib ada saat Imlek yaitu kue keranjang, kue ku dan lapis.
Ada juga tambahannya seperti kue bakpao, wajik dan lainnya. Bagi warga Tionghoa, kue-kue tersebut ternyata punya makna tersendiri.
Suardana menjelaskan, kue keranjang yang memiliki rasa manis memiliki makna permohonan umat agar selalu harmonis dengan keluarga. Kue mangkok/kue ku yang berbentuk mekar pada bagian atasnya dan berwarna merah memiliki makna permohonan umat agar selalu diberikan keberuntungan dan terhindar dari mara bahaya.
Sedangkan kue lapis bermakna permohonan umat agar selalu diberikan rejeki yang berlimpah dan berlapis-lapis.
Ketua Maga Budhi (Ketua Majelis Agama Buddha) di Kabupaten Bangli, Putu Mudiarta menyebutkan beberapa jenis kue yang wajib disiapkan saat Imlek yakni kue mangkok, wajik, lapis, dan kue ku. Ada juga tambahannya seperti kue Gambir, kue dodol, dan kue Cang.
Dia mengatakan kue-kue tersebut biasanya disiapkan dua hari sebelum hari raya. Kue-kue itu dijadikan sebagai persembahan saat persembahyangan sehari sebelum dan saat Imlek. (Dayu Swasrina/balipost)