TABANAN, BALIPOST.com – Peternak babi di Kabupaten Tabanan masih resah atas dugaan virus ASF, pascamatinya puluhan babi di Kecamatan Penebel, belum lama ini. Apalagi hasil uji sampel darah babi yang dikirim Balai Besar Veteriner (BBVET) ke Medan belum turun.
Peternak pun mengalami kerugian. Oleh karena khawatir, mereka yang memiliki 2-4 ekor babi langsung menjual ke pasaran dengan harga murah. Padahal warga semestinya bisa meraup keuntungan menjelang hari raya Galungan nanti.
Kondisi itulah yang membuat peternak menyayangkan reaksi pemerintah yang terkesan lamban. Mengingat virus ASF muncul pertama kali di Medan, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota seharusnya tanggap dan siap siaga, sebab Bali banyak dikunjungi wisatawan yang tentunya menjadi salah satu faktor penyebaran virus ini.
“Seakan tidak ada perhatian serius dari pemerintah. Semua terkesan menunggu, tidak proaktif. Di Bali, babi tidak ada masuk, yang ada justru keluar dikirim ke Surabaya dan Jakarta,” ucap I Gusti Winiantara, peternak asal Gubug, Tabanan, Minggu (26/1).
Sosialisasi tentang pencegahan penyebaran virus yang diduga ASF ini juga belum sepenuhnya menyasar seluruh peternak. Terbukti, masih ada oknum warga atau peternak yang membuang bangkai babi ke sungai.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan I Wayan Suamba mengaku sudah bersurat kepada Camat Penebel, Puskeswan dan Kepala Desa untuk meneruskan kepada warga/peternak agar babi yang mati tidak dibuang ke sungai melainkan dikubur.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian I Nyoman Budana menyatakan akan berkoordinasi dengan provinsi terkait disinfektan. Menurutnya, disinfektan yang dibagikan tahun 2019 adalah pengadaan tahun 2018 sebanyak 24 liter dari APBD. (Dewi Puspawati/balipost)