menulis
Siswa SD sedang belajar di kelas. (BP/dok)

Perubahan adalah hal yang hakiki di bumi ini. Perubahan juga yang menuntut manusia melakukan adaptasi. Makanya patut kita syukuri kita dibekali naluri untuk bisa beradaptasi dengan perubahan.

Untuk itulah ketika semua bergerak menuju perubahan kita juga mesti meresponsnya dengan akal sehat. Jangan mengelola gerakan perubahan dengan situasi normal dan kondisi nyaman yang kita lewati. Perubahan jelas membawa implikasi plus-minus yang harus kita cermati secara arif.

Dalam dunia pendidikan, misalnya. Perubahan yang kini digagas Menteri Nadiem Makarim hendaknya kita respons dengan profesional. Kesamaan persepsi tentu harus dibangun di awal, agar langkah kita sama. Mengapa perubahan harus dilakukan, juga harus dijelaskan dengan logika dan data.

Jangan sampai perubahan dilakukan hanya untuk menunjukkan kekuasaan dan identitas pejabatnya. Menuju perubahan adalah hal pasti yang harus disiapkan jalan dan sarana pendukungnya. Kita juga harus memastikan perubahan yang kita lakukan lebih banyak dampak positifnya ketimbang dampak negatif yang mungkin muncul.

Baca juga:  Kota dalam Hutan Apa Hutan dalam Kota?

Kini ketika Menteri Nadiem Makarim melakukan perubahan, maka hal pertama yang harus disamakan persepsinya adalah pengelolaan sekolah. Tanpa pergerakan perubahan nyata di sekolah-sekolah, maka ide perubahan ini tidak pernah menjadi kenyataan. Maka dunia pendidikan akan tetap stagnan, karena itu dibutuhkan gerakan bersama yang berbasis satu satuan pendidikan.

Hal ini amat dibutuhkan karena guru-guru merasa tidak sanggup menjadi guru penggerak belajar merdeka sendirian. Di sini penting sekali praktik nyata kepala sekolah dalam memimpin dengan tegas mulai meninggalkan mental sebagai penguasa di sekolah menjadi koordinator lapangan perubahan yang bergerak bersama guru. Karena itulah, kepala sekolah harus meninggalkan meja kerjanya dan mengabaikan tumpukan kertas di atasnya atau di rak-rak di ruangannya.

Baca juga:  Benahi Manajemen Keselamatan, Pemerintah Harus Tegas

Untuk itu, perubahan yang orientasinya menuju kebaikan hendaknya mampu mengatasi persoalan pendidikan. Kita pahami bersama, sampai saat ini persoalan di seputar pendidikan sepertinya tidak akan pernah habis dibahas. Salahnya peran siswa dalam pembelajaran. Selama ini ada beragam konsep beredar. Mulai dari pola Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) sampai pada metode pembelajaran yang menuntut siswa melakukan pembelajaran berbasis digital. Nyatanya, sampai saat ini perubahan juga tetap  bergulir. Kita terus berubah tanpa pernah menemukan model yang baku dalam menjadikan siswa memiliki kecerdasan, karakter serta profesi untuk mendukung kehidupan mereka jika lulus.

Baca juga:  Guru Bukan Dongkrak Politik

Selain itu, perubahan juga terjadi pada sistem pengelolaan tanggung jawab guru. Guru sebagai pekerja profesional sudah mendapat pengakuan yang memadai secara finansial. Mengimbangi hal ini kewajiban mematuhi jam mengajar juga sudah diterapkan. Namun, pada tahap ini kita juga belum menemukan pola yang ideal dalam mengelola pembelajaran.

Bahkan, ada kecenderungan dengan model digital yang berkembang saat ini guru juga harus beradaptasi lagi. Mereka juga harus berubah menuju penguatan profesi yang ideal. Artinya, kita sepakat untuk menuju perubahan yang ideal dalam pembelajaran, komponen sekolah juga harus menjadi hal pertama yang disasar. Sekolah harus dipastikan mampu menjabarkan gerakan perubahan. Jika ini tak terbangun maka perubahan hanyalah gerakan tentatif.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *