TABANAN, BALIPOST.com – Kematian babi di Kabupaten Tabanan kian meluas ke sejumlah desa. Dari laporan terbaru Senin (27/1) di Kecamatan Marga, ada beberapa desa yang mengalami kejadian serupa.
Total babi mati setelah didata mencapai 119 ekor. Dinas Pertanian Tabanan masih terus melakukan pendataan. “Kami masih terus lakukan pendataan, karena rata rata hampir tiap hari ada laporan babi mati,” beber Kabid Peternakan Dinas Pertanian Tabanan I Wayan Suamba.
Sembari melakukan pendataan, pihaknya juga terus melakukan sosialisasi antisipasi penyebaran virus African Swine Fever (ASF) kepada warga maupun peternak babi. Untuk di wilayah Kecamatan Marga, dikatakan Suamba, babi mati ada di beberapa desa.
Rinciannya di Desa Selanbawak sebanyak 79 ekor, Desa Kukuh 37 ekor, Desa Beringkit 1 ekor dan 2 ekor karena penyakin lain, dan Desa Cau Belayu 2 ekor. “Untuk hari ini di Kecamatan Marga kami baru melakukan pendataan di desa yang terdampak kematian babi,” ujarnya.
Pendataan, lanjut kata Suamba, tidak hanya dilakukan di Kecamatan Marga, melainkan juga menyasar Kecamatan lain seperti Kerambitan dan Selemadeg Timur. “Untuk total pastinya jumlah babi mati sampai saat ini belum kami rekap seluruhnya, karena tim masih pendataan di Kerambitan dan Selemadeg Timur,” jelasnya.
Suamba mengakui kematian babi sudah meluas ke daerah lain, dari awal pertama kali diketahui di Kecamatan Penebel. Namun ditegaskannya kembali, kematian babi ini tidak sepenuhnya karena ASF. “Kemungkinan ada hal lain menyebabkan kematian babi,” imbuhnya.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi peternak terserang virus, pihaknya juga melakukan sosialiasi menekankan kebersihan kandang dan membatasi orang masuk kandang. Khususnya tukang jagal yang membawa bangsung (tempat babi) harus disemprot dengan disinfektan atau kaporit sebagai upaya pencegahan dini. (Puspawati/balipost)