Ilustrasi.

Bali harus berbenah. Demikian pandangan sebagian besar netizen yang berkomentar di akun Facebook @balipost mengenai pariwisata Bali bersiap masuki masa jeda sebagai imbas wabah virus Corona di Tiongkok. Netizen menilai masa jeda pariwisata Bali bukan hal yang perlu ditakutkan.

Justru ini merupakan momen yang tepat untuk melakukan pembenahan di berbagai sektor. Tidak hanya pembenahan infrastruktur dan akomodasi pariwisata, tetapi juga memberikan perhatian lebih alam dan budaya.

Ini saatnya Gubernur beserta seluruh komponen masyarakat Bali mewujudkan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” demi kesucian dan keharmonisan alam Bali. Netizen juga memberikan masukan kepada pemerintah untuk menggali potensi Bali di luar pariwisata. Sebab, sebagaimana diketahui, sektor pariwisata sangat rentan terhadap berbagai isu. Berikut beberapa komentar netizen.

Dewa Ariawan

Kita sudah mengalami hal-hal buruk sebelumnya. Kita masih tetap eksis dan bertahan. Bagaimanapun market Tiongkok memang terkuat saat ini, mungkin ada baiknya kita berbenah.

Baca juga:  BPN Karangasem, Kapan Sertifikat Saya Selesai?

Adi Giggsy

Kita selama ini sangat tergantung dengan pariwisata. Saatnya pemerintah daerah mulai mencari alternatif pemasukan ekonomi dari segi yang lain, karena pariwisata ada naik dan turunnya.

Ignasa Rahponk Al

Kesempatan Bali berbenah. Infrastruktur, fasum, objek-objek wisata serta kantong-kantong wisata mesti dibenahi dan dipercantik. Kabel listrik yang semrawut. Fasum pejalan kaki yang kumuh dan sempit mesti jadi prioritas Pemerintah Provinsi Bali dan kabupaten/kota agar berbenah menjaga estetika daerah tujuan wisata layaknya tempat orang mencari ketenangan. Pemerintah Tiongkok sangat tepat mengambil tindakan untuk stop warganya berwisata. Ini demi keselamatan warga negara asli di negara yang dikunjunginya.

Kadek Diartha

Solusinya obral harga hotel, diskon sampai 50 persen. Pajak yang dipungut pemda yaitu pajak hotel serta makanan dan minuman didiskon 50 persen selama masa jeda. Sehingga hotel dan restoran bisa beroperasi, bisa menggaji karyawan dan mengurangi risiko PHK.

Wayan Sudanta Radin

Pemerintah bilang pemasokan terbanyak dari wisatawan Tiongkok, tetapi menurut saya sebagai pelaku pariwisata, hanya agen-agen tertentu yang menikmatinya. Lokal tidak begitu banyak. Tapi mudah-mudahan all to be fine.

Baca juga:  Tangani Korupsi Bansos secara Tegas

I Made Lebih Umbarayana

Baguslah kalau itu benar. Manfaatkan waktu jeda ini sebaik-baiknya untuk menata kembali Bali agar tak semrawut.

Goris Raya

Kesempatan bagi pemda di Bali memperbaiki infrastuktur. Misalnya jalan raya dan lampu jalan yang masih kurang. Jangan hanya pungutin pajak.

Ketut De Sujana Mahartana

Cari market lain. Optimalkan promosi Eropa dan Asia, selain Tiongkok.

Joe Susila

Lebih baik jeda daripada nyawa taruhannya.

Made Sedanayasa

Lebih baik jeda daripada ada wabah.

Syarif Tjateng

Market Bali kan yang terbesar lokal sekarang.

Jiwa I Nyoman

Tidak apa-apa, yang terpenting dampak virusnya tak sampai masuk ke Bali.

I Wayan Siara

Bali juga tidak butuh dijual murah. Kalau semua dijual murah, untung buat masyarakat Bali apa? Ujung-ujungnya investor yang punya uang banyak memanfaatkan diam dan keacuhan orang Bali dengan daerahnya saat ini. Intinya, Bali jangan dibikin murah, pastikan tamu berkualitas yang datang. Kalau semua murah, yang datang hanya tamu murahan.

Baca juga:  Pilkada 2020 Semoga Damai

Toga Tampubolon

Mari perkuat lagi sektor pertanian. Pariwisata sektor yang rapuh akan kondisi force majeure.

Dewa Gede Suardatika

Untuk keselamatan penduduk Bali dan wisatawan yang berkunjung ke Bali, lebih baik distop dulu kunjungan turis Tiongkok dari daerah yang terdampak. Citra pariwisata Bali dipertaruhkan.

Donny Jaya Laksmana

Inilah kenapa harus ada pemasukan cadangan ketimbang terlalu mengandalkan pariwisata di saat tidak ada lagi objek wisata yang tersisa di Bali karena digerus pembangunan yang terlalu banyak sampai-sampai taksu dari pariwisata Bali hilang dan akhirnya sektor pariwisata hilang. Seharusnya pemerintah di Bali bisa memprediksi hal simpel seperti ini. Namun nyatanya tidak ada sama sekali. Padahal bisa saja mengembangkan sektor pertanian, namun lebih tergiur dengan pembangunan perumahan. (*)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *