Sepasang wisatawan melintas di catus pata Ubud. (BP/dok)

GIANYAR, BALIPOST.com – Dilarangnya warga China bepergian ke luar negeri akibat virus Corona, belum berdampak terhadap okupansi hotel di Kabupaten Gianyar. Namun, pengelola restoran dan artshop khususnya di Ubud sudah merasakan efeknya. Tingkat kunjungan wisatawan Tiongkok pada awal 2020 menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar, Pande Mahayana Adityawarman, Rabu (29/1), menyatakan, dampak Corona terhadap okupansi hotel belum terasa di Gianyar. Hal ini dikarenakan tamu yang menginap dominan asal Eropa dan Australia.

Baca juga:  Ada Onde-onde Herbal di Festival Budaya Malang Utara

Menurutnya, yang merasakan dampak dari kondisi itu adalah pengelola restoran dan sejumlah market di seputaran Ubud. Sejumlah pengusaha restoran mengeluh karena kunjungan liburan Imlek tahun ini tidak seperti tahun sebelumnya. ”Sudah ada beberapa yang info bahwa golden week sekarang tidak seramai tahun lalu. Jadi, cukup signifikan berkurang untuk day trip yang ke Ubud,“ kata Mahayana.

Selama ini wisatawan China yang menginap di Kuta atau Nusa Dua datang ke Ubud siang hari. Di kampung turis itu mereka kerap berbelanja, mengunjungi Puri Ubud dan hingga menikmati kuliner. “Sekarang cukup lengang karena minim wistawan China yang day trip dari Kuta dan Nusa Dua,“ jelasnya.

Baca juga:  Wujudkan "Green Tourism," Pelaku Pariwisata Didorong Gabung Asosiasi

Sementara itu, Kadisparda Gianyar A.A. Gde Putrawan menyatakan, dikeluarkannnya larangan keluar negeri untuk warga Tiongkok baru akan berdampak pada awal Februari. “Kami hanya bisa berharap virus ini segera dapat diatasi,“ ujarnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *