TABANAN, BALIPOST.com – Pamelastian serangkaian Karya Agung Pangurip Gumi, Jumat (31/1) memasuki hari ketiga. Rute yang ditempuh dari Pura Pusah Tabanan sampai Pura Bale Agung Tengkudak, Penebel.
Ada pemandangan menarik ketika iring-iringan melewati Sungai Yeh Empas. Ketika itu pamundut Ida Batara tak mau mamargi. Ternyata penyebabnya banyak krama pangiring yang menonton dari atas jembatan. Ketika jembatan itu “dibersihkan” dari krama, prosesi pun menjadi lancar kembali.
Memasuki hari ketiga pamelastian serangkaian Karya Agung Pangurip Gumi di Pura Luhur Batukau, Jumat kemarin, berjalan lancar dan aman. Antusias krama pangiring seakan tidak pernah luntur. Mereka tetap ngaturang ayah, mengingat karya agung ini memang tidak ada jadwal khusus kapan bisa kembali digelar, karena semua ini atas pawuwus Ida Batara Sesuhunan di salah satu Pura Sad Kahyangan Jagat di Bali. Tidak hanya krama pangiring, krama Tabanan yang rumahnya dilalui rombongan pangiring juga antusias ikut serta.
Mereka menghaturkan berbagai jenis minuman sampai makanan bagi krama pangiring sepanjang perjalanan. Walaupun demikian jalan yang dilalui tetap bersih. Terbebas dari sampah. Selain di sepanjang jalan disediakan tempat sampah, juga kesadaran krama pangiring yang tetap menjaga kebersihan.
Di hari ketiga, iring-iringan pamelastian berangkat dari Pura Puseh Kota Tabanan yang menjadi tempat marerepan selama semalam setelah melakukan upacara pamelastian di Segara Tanah Lot, Kamis (30/1) sore. Iring-iringan berangkat melanjutkan perjalanan budal dari Pura Puseh Kota Tabanan ke Pura Luhur Batukau pukul 08.00 Wita. Iring-iringan ini sempat simpang di Pura Bale Agung Penatahan, dan kemudian marerepan di Pura Bale Agung Tengkudak. (Wira Sanjiwani/balipost)