Ilustrasi. (BP/ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hingga kini, hasil lab dari sejumlah babi yang mati mendadak di Bali belum keluar. Padahal dalam sebulan terakhir, jumlah babi mati mendadak bertambah banyak.

Menurut Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Dr.drh. IKG. Nata Kesuma, MMA., Senin (3/2) sambil menunggu hasil laboratorium, pihaknya telah menurunkan bantuan pusat pemberian disinfektan untuk 5.000 ekor babi. Disinfektan itu disebar di seluruh kabupaten/kota se-Bali.

Baca juga:  Rendah, Kesadaran Pasien COVID-19 Sembuh Ikuti Donor Darah Konvalesen

Mengenai penyakit yang menyebabkan babi mati di Bali, menurut Nata, ada lima potensi penyakit karena ciri-cirinya sama. Rinciannya, Hog Cholera, Clasical Swine Fever, Selmonelasis, Streptococcus meningitis swiss dan ASF.

“Untuk itu harus menunggu hasil laboratorium. Sambil menunggu hasil, Dinas telah turun melakukan sosialisasi dan pembinaan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit lebih luas,” ujarnya.

Dari data Bali Post, babi yang mati karena penyakit yang belum bisa dipastikan mencapai 1.206 ekor. Kasus ini tersebar di enam kabupaten yaitu Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli, Karangsem dan Denpasar.

Baca juga:  OTT Pengurusan Sertifikat, Kelian Banjar Dinas Buahan Akui Minta Rp 25 Juta

Berdasarkan data yang terdapat di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Badung merupakan kabupaten yang terbanyak mengalami kematian babi. Jumlahnya 598 ekor. Disusul Tabanan dengan jumlah 537 ekor (data dari Dinas Pertanian Tabanan). Sementara itu, Denpasar 45 ekor, Gianyar 24 ekor, serta Bangli dan Karangasem masing-masing satu ekor. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *