DENPASAR, BALIPOST.com – Ribuan ternak babi mati mendadak di beberapa kabupaten dan kota di Bali sejak awal Januari. Ironisnya seakan-akan tidak ada penanganan yang jelas dari instansi terkait.
Peternak babi pun terancam kian berat dan bisa jadi merana karena menanggung kerugian. Dalam rentang waktu hampir satu bulan sejak terjadinya kematian ternak babi pertama kali, hingga kini belum ada kepastian apa yang menjadi penyebab.
Instansi terkait menyatakan bahwa sedang menunggu hasil laboratorium BB Veteriner di Medan Sumatera Utara dari sampel darah yang dikirimkan. Ada dugaan penyebabnya adalah virus flu babi afrika atau African Swine Fever (ASF) seperti yang juga terjadi di Medan.
Namun pernyataan resmi dari dinas yang menangani belum keluar. Tidak salah jika penyebab kematian ternak babi masih tetap misterius.
Belum dipastikannya penyebab, menjadikan peternak babi mengalami kepanikan. Bingung menentukan langkah pencegahan apa yang pasti untuk melindungi ternak babinya.
Selama ini hanya ada himbauan mengenai peningkatan kebersihan kandang atau biosecurity. Kepanikan ini berlanjut ke pilihan yang diambil peternak untuk secepatnya menjual babi ternaknya sehingga harga menjadi murah, dari Rp 27.000 per kilogram menjadi Rp 22.000 ribu rupiah. Bahkan ada isu peternak menjual hanya Rp 5 ribu rupiah per kilogram untuk babi hidup.
Anjloknya harga babi ini, memukul para peternak. Biaya yang telah dikeluarkan tidak sebanding dengan harga jual.
Sementara itu ketakutan juga melanda masyarakat sehingga mengurangi konsumsi daging babi. Masyarakat takut jika mengkonsumsi daging babi akan terinfeksi virus mematikan. Akibatnya pedagang daging babi mengalami penurunan penjualan.
Dari kasus babi mati mendadak ini, belum ada penanganan yang bisa dianggap memuaskan. Pihak terkait dalam hal ini dinas peternakan hanya mengeluarkan himbauan-himbauan dan itupun tidak terlalu masif.
Penyebab kematian seribuan babi tidak segera dipastikan. Penjelasan kepada masyarakat tentang dampak mengkonsumsi daging babi dalam kondisi saat ini juga tidak jelas, meski sudah ada penjelasan bahwa daging babi aman dikonsumsi hanya sedikit dan kurang masif. (Nyoman Winata/balipost)
Ulasan mengenai penanganan ternak babi mati mendadak dapat dibaca di Harian Bali Post, Selasa 4 Februari 2020.