Kendaraan melintas di sekitar kawasan Nusa Dua yang kerap menjadi lokasi pelaksanaan MICE. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Wilayah Bali Dr. I Putu Anom., SE., M.Par., mengungkapkan, dilarangnya wisatawan Tiongkok berkunjung ke Indonesia tentu berimbas pada pendapatan pariwisata Bali. Sebab, di tahun 2019 saja wisatawan asal Tiongkok jumlahnya menempati urutan kedua setelah Australia.

Kemungkinan target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali tahun ini yang sebanyak 6,5 hingga 7 juta orang sulit dicapai. Guna menghadapi kondisi seperti saat ini, industri pariwisata yang difasilitasi pemerintah sudah seharusnya menyasar pangsa pasar negara-negara potensial yang warga negaranya berkunjung ke Bali.

Baca juga:  Kembangkan Sektor Lain yang "Inline" Pariwisata

Seperti yang telah dilakukan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung yang melakukan promosi pada event-event internasional di berbagai negara. “Bali memang sudah sangat tergantung dari sektor pariwisata. Kalau sampai pengembangan sektor ini merosot tajam tentu akan berdampak luas pada sektor yang lain. Untuk itu pemerintah dan pelaku pariwisata tentu akan berusaha maksimal mencari terobosan-terobosan untuk mengatasinya agar sektor pariwisata tetap eksis sebagai penggerak perekonomian Bali,” jelasnya.

Baca juga:  Tanah Lot

Selain itu, meskipun tidak mendapatkan devisa, wisatawan domestik juga harus didorong agar semakin banyak berkunjung ke Bali. Pemerintah daerah beserta stakeholders pariwisata juga harus berusaha agar event-event MICE baik skala nasional maupun internasional agar dapat dilaksanakan di Bali.

Di samping juga tetap melakukan pembenahan fasilitas pariwisata termasuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas dan sampah yang dapat membuat citra negatif pariwisata Bali. (Ketut Winatha/balipost)

Baca juga:  Bertransformasi Siapkan SDM Unggul, Mandiri dan Berbudaya
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *