Peternak menyemprot kandang ternak babinya. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus kematian babi secara mendadak mulai berdampak pada para peternak. Sejumlah peternak khawatir babinya mati mendadak, sehingga cepat dijual meski harganya di bawah standar.

Kondisi ini, kata Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar, I Gede Ambara Putra, Rabu (5/2) menyebabkan populasi babi di Denpasar turun hingga 50 persen. Dikatakan, populasi babi di Denpasar mencapai 20.000 ekor dari 200 peternak yang ada. Namun, kini mengalami penurunan drastis hingga 50 persen.

Baca juga:  Dari Tiga Pejabat Utama Polda Dimutasi hingga Penyebaran COVID-19 Melonjak, Ini Kata Gubernur Koster

Sedangkan untuk penambahan bibit babi yang baru, tidak dianjurkan. Karena adanya kasus babi mati mendadak di beberapa lokasi.

Sementara itu, salah seorang peternak babi, Ketut Karta yang ditemui di kandangnya babinya, di Jalan Hayam Wuruk Denpasar mengaku khawatir dengan adanya kasus babi yang mati mendadak. Walaupun ternak babi yang dipeliharanya tidak ada yang mati. “Belum sampai di sini. Ada babi yang mati, tapi mati biasa karena sesak nafas, ini sudah dari dulu. Tidak seperti tempat lain seperti di Jimbaran yang babinya banyak mati,” kata Karta.

Baca juga:  Ismaya Mulai Diadili di PN Denpasar

Dirinya pun mengatakan banyak peternak yang menjual babinya dengan harga murah karena takut terkena virus ASF. Ada yang jual Rp 23 ribu per kilogram, sementara harga normalnya di kisaran Rp 25 ribu per kilogram. (Asmara Putera/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *