DENPASAR, BALIPOST.com – Teka-teki kematian seribuan ekor babi di Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli, Karangasem dan Denpasar akhirnya terjawab. Dari beberapa sampel yang diperiksa, Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra menyebut babi mati karena positif ASF (African Swine Fever).
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bersama Balai Karantina dan Balai Besar Veteriner dikatakan sudah langsung mengambil tindakan untuk mengendalikan virus tersebut. “ASF itu ada (babi yang positif, red). Tapi itu belum masuk katagori zoonosis, artinya dari hewan ke manusia atau sebaliknya, ini bukan. Jadi hanya pada babi,” ujarnya di Jayasabha, Denpasar, Rabu (5/2).
Dewa Indra menambahkan, babi positif ASF terdeteksi di peternakan yang berlokasi dekat dengan bandara. Selain itu, ada juga yang positif ASF di Tabanan.
Virus ASF diduga muncul dari sisa-sisa makanan pesawat yang dibawa wisatawan mancanegara. Sisa-sisa makanan itu kemudian dijadikan pakan babi. “Sudah kita larang dan kita awasi supaya tidak ada lagi, supaya sisa makanan itu dibuang,” imbuhnya.
Menurut Dewa Indra, ASF bisa diatasi dengan memasak babi hingga matang. Pemprov Bali bahkan sudah merencanakan demo makan babi guling bersama di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Jumat (7/2). Sementara upaya pengendalian yang dilakukan dinas terkait, dengan membersihkan kandang-kandang babi.
Terutama peternakan babi skala besar dan menengah dengan menyemprotkan desinfektan. “Disinfektan pun sekarang sudah mulai disebarkan kepada para peternak agar bisa menyemprot secara mandiri,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan, untuk memutus mata rantai virus, babi yang sakit diisolasi supaya tidak menular kepada babi sehat. Kemudian, babi yang mati dikubur dan yang masih sehat dibersihkan kandangnya dengan disinfektan. (Rindra Devita/balipost)