Peternak menyemprot kandang babinya. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Setelah menanti sedikit lama, pemerintah Bali akhirnya menyebutkan penyebab babi mati adalah virus african swine fever (ASF). Uniknya, baru sehari keluarkan pernyataan, ada koreksi, bahwa ASF baru dugaan.

Kepastian yang lebih pasti akan disusulkan oleh lembaga yang lebih berwenang yakni Kementerian Pertanian. Namun apapun penyebab, yang harus segera dilakukan adalah menyelamatkan peternak Babi, jangan sampai mengalami kerugian yang besar.

Selama ini selain terkesan lamban, ada dugaan sejumlah informasi terkait kasus babi mati di Bali, sengaja disembunyikan terutama faktor penyebab. Indikasinya adalah pengumuman hasil laboratorium menunggu cukup lama dengan alasan Balai Besar (BB) veteriner di Medan,  Sumatera Utara belum mengeluarkan pemeriksaan terhadap sampel darah.

Baca juga:  Abrasi Landa Pesisir Tegal Besar, Ini yang Dilakukan BPBD

Dari informasi yang didapatkan, pengiriman sampel ke BB Veteriner di Medan sedikit aneh, sebab di Bali sendiri sebenarnya juga memiliki BB veteriner yang sama-sama berada di bawah Kementrian Pertanian. Jika memiliki BB Vet mengapa harus dikirim ke Medan?

Anehnya lagi, ketika penyebab sudah dipastikan yakni ASF belum berselang satu hari, dikeluarkan koreksi. Penyebab ASF itu disebutkan masih dugaan.

Pengumuman resmi dan pasti akan dilakukan pihak Kementrian Pertanian. Mengapa dalam soal pengumuman penyebab masih sudah terkesan lamban juga simpang siur.

Baca juga:  Diduga Terjangkit ASF, Puluhan Babi di Karangasem Mati

Dampak berikutnya yang perlu diantisipasi adalah, ketakutan masyarakat mengkonsumsi daging babi. Belajar dari kasus sebelumnya, masyarakat biasanya menanggapi dengan sedikit berlebihan jika terjadi kematian babi akibat virus mematikan.

Masyarakat langsung mengerem kebiasaan mengkonsumsi daging Babi. Kondisi ini akan memukul para peternak Babi dan penjual olahan daging Babi. Lebih jauh lagi bisa mempengaruhi pariwisata.

Terlebih, beberapa hari lagi hari raya Galungan dan Kuningan akan datang, dimana biasanya peternak meraup keuntungan lebih akibat meningkatnya permintaan daging Babi. Nasib peternak Babi di Bali perlu segera diselamatkan.

Baca juga:  Geger, Seorang Pria Tewas di Lokalisasi

Agar berkah di Hari Raya Galungan dan Kuningan yang biasa dinikmati tidak hilang. Kerugian ekonomi jika harga daging babi anjlok akan membuat peternak semakin terpukul. (Nyoman Winata/balipost)

Ulasan lebih mendalam mengenai langkah selanjutnya yang perlu dilakukan mengantisiapi dampak virus ASF terhadap peternak Babi dan masyarakat Bali, dapat dibaca di Harian Bali Post, Jumat 7 Februari 2020.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *