GIANYAR, BALIPOST.com – Kasus babi mati terus bertambah di Bali. Sampai saat ini peternak belum mengetahui penyebabnya. Selain itu, harga jual daging babi terlanjur anjlok menjelang hari Raya Galungan dan Kuningan.

Kondisi itu disayangkan Ketua Umum GUPBI (Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia) Bali Ketut Hary Suyasa. Apalagi yang terkena kebanyakan peternak kecil. “Pemerintah lambat melakukan penanganan, gagal melindungi masyarakat, itu intinya,“ katanya, Kamis (6/2).

Baca juga:  Presiden akan Kunjungi Pasar Umum Sukawati

Ditemui usai sosialisasi di Aula Kantor Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Suyasa menyebut di Bali ternak babi tidak hanya sebagai produk ekonomi, tetapi juga produk budaya. Sebagai produk ekonomi, ternak babi mengalami kekacauan harga. Masyarakat yang terlanjur panik sudah menjual produksinya sampai tingkat terbawah.

Salah satu peternak babi, Made Rai Sudiana, mengaku memelihara induk babi 10 ekor dan babi 12 ekor. Semuanya mati terserang virus yang dicurigai sebagai African Seine Fever (ASF). ”Saat ini kandang kosong, kantong pun ikut kosong,” ujar pria asal Banjar Tebongkang, Desa Singakerta, ini.

Baca juga:  Gubernur Koster Ingin Pembangunan Selaras antara Sekala dan Niskala

Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Fetrinear (Keswan Kesmas Fet) Dinas Pertanian Gianyar I Made Santi Arka Wijaya mengatakan belum bisa memastikan terkait kepastian terkait virus ASF yang menjadi penyebab kematian babi di Gianyar. Pihaknya masih menunggu pernyataan kementerian. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *