SEMARAPURA, BALIPOST.com – Dampak wabah COVID-19 sudah kian mengkhawatirkan. Warga mulai kesulitan memenuhi kebutuhan pokok karena sudah semakin langka.
Seperti di Desa Jungut Batu, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, pihak desa adat setempat memutuskan langsung membagikan sembako kepada seluruh warganya di wilayah kepulauan itu, Sabtu (11/4), agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara pemerintah daerah masih melakukan pendataan, untuk memberikan sembako kepada warga prioritas, khususnya yang kena PHK atau karyawan yang dirumahkan.
Bendesa Adat Jungut Batu, Ketut Gunaksa, mengatakan bantuan sembako ini memanfaatkan dana sosial dari LPD Jungut Batu. Ini dianggap sudah mendesak. Pada tahap pertama, sebanyak 595 KK langsung menerima beras putri sejati dengan isi 25 kg per KK.
Warga secara bergiliran datang setelah dipandu oleh prajuru desa dan pengurus LPD setempat. “Sembako ini merata diberikan kepada seluruh warga Jungut Batu. Kebetulan disini tidak ada KK miskin. Kecuali pegawai negeri/ASN, nanti menyusul tahap dua,” kata Gunaksa.
Dia melihat sembako sudah sangat dibutuhkan warga. Sebab, di tengah wabah ini pasokan sembako yang biasanya diangkut dari boat sudah jauh berkurang.
Warung-warung penyedia kebutuhan pokok yang tiap hari dimanfatakan warga di daerah setempat juga mayoritas tutup. Pariwisata juga sementara juga tiarap. “Tahap dua akan segera dibagikan. Masih ada sekitar 250 KK. Setelah pembagian sembako, kami lihat perkembangannya. Kalau situasi belum membaik, kami bagikan lagi. Semoga virus corona cepat berlalu,” katanya.
Warga Jungut Batu menurutnya saat ini total bertahan dari wabah Covid-19. Kunjungan wisatawan nyaris sudah nol.
Selain itu, juga tidak ada PMI (Pekerja Migran Indonesia) yang sedang berusaha pulang ke Bali, berasal dari Jungut Batu. Sehingga Jungut Batu, tinggal memperketat keluar masuknya warga lokal yang sejauh ini masih memanfaatkan boat, agar tetap dipastikan tidak menjadi inang baru COVID-19.
Melihat meningkatnya wabah COVID-19 ini di Bali, menyusul gelombang kepulangan 20.000 PMI ke Bali, dia berharap proses seleksi yang positif dan negatif kian diperkuat pada pintu masuk pertama di Bali. Sehingga, mereka sudah tertangani dengan baik sejak pertama kali masuk ke Bali dan berkumpul kembali bersama keluarganya di Bali.
Disinggung mengenai perlunya PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) bagi Bali, sebagai masyarakat adat dia menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Sebagai tokoh yang dipercaya memimpin lembaga adat, pihaknya menegaskan hanya berkewajiban untuk mengamankan seluruh arahan pemerintah, agar dipatuhi seluruh warga. “Di sini jam 8 malam sudah tidak ada yang keluar rumah,” katanya. (Bagiarta/balipost)