SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pekerja migran Indonesia (PMI) terus berdatangan ke Bali. Jumlahnya sangat banyak, maka membutuhkan pengawasan ekstra untuk memastikan mereka mengikuti aturan isolasi mandiri dengan disiplin.
Desa Adat Kemoning melihat situasi ini harus benar-benar diwaspadai, karena ada trend ketika PMI ditolak di daerah asalnya, mereka memilih rumah kos sebagai tempat alternatif. Kebetulan, wilayah Kemoning cukup banyak berdiri tempat kos.
Bendesa Kemoning Wayan Mustika, Senin (13/4), mengatakan, satgas gotong royong di desa adat sudah menerima banyak masukan terhadap situasi ini. Sehingga, seluruh tempat kos langsung didata dan dicari pemiliknya, untuk bersama-sama meningkatkan kewaspadaan.
Para pemilik kos didatangi satu per satu, agar membantu satgas dalam melakukan pengawasan. Jangan menerima orang kos sembarangan. Harus jelas, siapa identitasnya, latar belakang pekerjaannya dan riwayat perjalanannya.
Bila yang diterima kos adalah PMI, maka harus segera berkoordinasi dengan Satgas Gotong Royong Desa Adat Kemoning atau kepada kepala lingkungan setempat agar segera dapat ditindaklanjuti. Sebab, dalam mayoritas kasus positif COVID-19, adalah imported cases. “Kami sudah imbau kepada para pemilik kos-kosan, mohon kerja samanya karena persoalan ini memiliki risiko sangat tinggi. Minimal segera laporkan kepada petugas kami agar bisa didata, dipastikan kondisinya dan diawasi bersama,” katanya.
Dia tak ingin karena adanya kelonggaran satu pihak, menimbulkan kekhawatiran warga di sekitarnya. Sebab, penyebaran COVID-19 ini dikenal sangat cepat dan mematikan. Kawasan Desa Adat Kemoning, memang dikenal banyak tumbuh tempat kos-kosan.
Khususnya di sekitar kawasan perumahan Uma Lemek, yang banyak dihuni pendatang. Kebetulan lokasinya yang sangat dekat dengan kawasan perkotaan. Dia juga sudah menjalin komunikasi dengan Kelurahan Semarapura Klod, untuk bersama-sama melakukan pengawasan.
Selain intens melakukan pengawasan, upaya-upaya pencegahan secara masif juga terus dilakukan. Seperti pembagian ribuan masker gratis kepada warga. Hingga penyemprotan cairan disinfektan secara rutin di seluruh areal desa adat.
Setiap balai banjar dan wantilan juga sudah disiapkan tempat cuci tangan praktis, hasil kerjasama dengan Unud. Warga yang kesulitan sembako, juga disalurkan bantuan, sesuai dengan data warga yang berhak menerima. Pihak desa adat bekerja sama dengan sejumlah pihak swasta, untuk sekadar sejenak meringankan beban masyarakat yang paling terdampak. (Bagiarta/balipost)