SYDNEY, BALIPOST.com- Australia dan Selandia Baru pada Selasa (14/4) belum berencana membuka lockdown yang diterapkan keduanya meskipun langkah mereka dianggap sukses dalam membatasi penyebaran COVID-19. Jumlah kasus baru di kedua negara ini telah turun drastis dalam 2 minggu terakhir.
Dikutip dari AFP, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan negaranya masih harus menjalani beberapa minggu sebelum mencabut karantina wilayah. “Kesabaran harus menjadi strategi kita dalam menghadapi ini,” katanya.
Ia mengatakan sejumlah negara, seperti Singapura dan Korea Selatan yang sudah sukses dalam memerangi COVID-19 mengalami peningkatan jumlah kasus baru ketika pembatasan bepergian dan sejumlah hal lainnya dilonggarkan.
Australia melaporkan sebanyak 63 kasus infeksi terkonfirmasi pada Minggu dan Senin. Total kasus yang sudah ditangani Australia menjadi 6.366 pasien dengan jumlah populasi 25 juta orang. Itu merupakan jumlah penambahan terendah dalam satu bulan terakhir.
Sementara itu, Selandia Baru yang merupakan negara berpenduduk 5 juta, melaporkan ada 8 kasus baru pada Selasa sehingga total kasus yang ditangani mencapai 1.072 pasien.
“Kami telah cukup sukses, tapi saya tidak mau menghancurkan kesuksesan warga Selandia Baru,” kata Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern
Ia mengatakan tujuannya adalah untuk secepatnya memutuskan mata rantai penyebaran COVID-19 dan melakukannya secara tegas. Dikatakan, rencana lockdown akan dilakukan paling tidak seminggu lagi.
Selandia Baru telah memberlakukan perintah diam di rumah, sementara Australia memberlakukan pembatasan berkumpul, bepergian, dan kegiatan yang melibatkan publik.
Diperkirakan akibat penutupan wilayah itu, Australia akan menghadapi kerusakan ekonomi signifikan. Diperkirakan terjadi pengangguran dua kali lipat dari angka sebelumnya meskipun pemerintah telah mengeluarkan anggaran cukup besar dalam mengantisipasi dampak buruk dari wabah ini. (Diah Dewi/balipost)