DENPASAR, BALIPOST.com – Pro kontra soal masih terbukanya pintu masuk Bali, yakni Bandara dan pelabuhan laut, terus bermunculan di tengah masih bertambahnya kasus positif COVID-19 di Bali. Terlebih, makin banyaknya temuan kasus imported case yang artinya penderita membawa virus itu dari luar Bali.
Terkait hal ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali kembali angkat bicara. Lewat Ketua Harian, Dewa Made Indra, anggapan bahwa Pelabuhan Gilimanuk seolah-olah terbuka lebar di tengah pandemi COVID-19, ditepis.
Ia beralasan Pemprov Bali, khususnya Gubernur memang tidak bisa menutup pelabuhan penyeberangan dan bandara. Pasalnya, pemerintah pusat tidak memperkenankan hal itu. “Gubernur tentu tidak mengambil kebijakan yang dilarang oleh pemerintah pusat,” ujar Dewa Made Indra dalam keterangan pers, Selasa (14/4).
Lantaran pelabuhan penyeberangan seperti Gilimanuk dan Padang Bai tidak ditutup, lanjut Dewa Indra, bukan berarti gubernur tidak tegas. Tidak berarti pula gubernur diskriminatif, yakni membatasi ruang gerak orang Bali tetapi mengizinkan orang luar Bali masuk.
Pihaknya justru melakukan upaya pengawasan dan pemeriksaan secara ketat. Upaya itu dilakukan oleh Tim Gugus Tugas di Kabupaten Jembrana.
Di dalamnya ada unsur TNI/Polri dan Pemkab Jembrana, baik Dinas Kesehatan, BPBD, Pol PP maupun instansi lainnya di kabupaten tersebut. Setiap orang yang datang dan masuk pelabuhan Gilimanuk diperiksa suhu tubuhnya, lalu diwawancara mengenai riwayat perjalanannya.
Kalau ternyata datang dari daerah terjangkit di Jawa, maka mereka wajib di rapid test. “Kalau (hasil rapid test) positif maka pulang, kembali, diantar ke kapal dan itu sudah ada yang dikembalikan. Tetapi yang negatif tentu boleh (masuk, red) karena pemerintah pusat tidak mengijinkan gubernur menutup (pelabuhan),” katanya.
Selama ini, Dewa Indra menyebut belum ditemukan ada pendatang yang masuk melalui pelabuhan Gilimanuk positif COVID-19. Sebab, yang diijinkan masuk ke Bali hanya yang hasil rapid test-nya negatif. (Rindra Devita/balipost)
Sudah saatnya untuk membangun sektor pertanian secara utuh dan menyeluruh, terbukti sektor ini paling tahan dalam menghadapi terpuruk nya ekonomi akibat covid19