GIANYAR, BALIPOST.com – Dukung warga melakukan sosial distancing dan physical distancing, Desa Adat Sukawati, Kecamatan Sukawati membagikan sembako untuk 2.378 KK krama adat pada Kamis (16/4). Diketahui untuk satu bungkus sembako senilai Rp 150 Ribu.
Bendesa Adat Sukawati, I Nyoman Suantha mengakan paket sembako senilai Rp 150 ribu itu terdiri dari beras 10 Kg, Minyak Goreng, Gula dan Mie instan. Dua ribuan lebih KK penerima bantuan sembako, tersebar di 14 banjar adat.
Sembako di drop ke balai banjar masing-masing mengerahkan 5 armada angkut. “Kami serahkan ke Kelihan Adat untuk teknis pembagian. Agar diatur jarak, menghindari kerumunan,” jelasnya.
Dikatakan upaya pemberian sembako ini dilakukan guna mendukung warga melakukan sosial distancing dan physical distancing. Pembagian sembako ini telah dinanti-nantikan oleh krama adat setempat.
Sebab, semua sektor sudah merasakan imbas wabah COVID-19. “Tidak saja krama kami yang bekerja di sektor pariwisata, hampir semua kalangan kena imbas,” jelasnya.
Suantha mengakui sembako yang digelontor tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup krama selama pandemi Covid-19 ini. Apalagi, belum diketahui pasti kapan musibah ini akan berakhir. Namun demikian, prajuru adat tetap berupaya. “Minimal bisa mengobati psikologis krama, ini sebagai salah satu bentuk perhatian dari desa adat,” jelasnya.
Untuk pengadaan sembako, Desa Adat Sukawati menggunakan anggaran dana sosial yang diback up oleh LPD Desa Adat Sukawati. “Jadi, meskipun kami tidak memiliki potensi wisata seperti desa adat lain, kami di Sukawati tetap berupaya dengan dana yang ada untuk membantu meringankan beban krama,” jelasnya.
Selain pembagian sembako, dalam hal pencegahan penyebaran COVID-19, Satgas Gotong Royong juga rutin melakukan patroli malam. Dalam patroli itu petugas memberikan imbauan lewat pengeras suara agar krama desa menerapkan PHBS, memakai masker serta menghindari kerumunan.
Covid-19 ini berdampak pada pelaksanaan pujawali di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Sukawati. Ritual digelar sederhana, dengan hanya melibatkan pemangku, krama banjar pengamong dan prajuru yang jumlahnya tidak lebih dari 20 orang. “Rahina Anggara Kasih Tambir, Selasa (14/4) semestinya berlangsung piodalan nadi di Pura Dalem Gede Sukawati nyejer 4 hari. Tapi dalam situasi pandemi ini, piodalan hanya digelar satu hari mingkup sari,” jelasnya.
Hal serupa juga diterapkan untuk Piodalan nadi Pura Desa Adat Sukawati yang akan digelar pada Rahina Budha Kliwon Matal, Rabu (29/4) mendatang. Pelaksanaan piodalan tersebut juga dibatasi, tradisi peed yang biasanya digelar 4 hari berturut-turut kini tidak digelar sama sekali.
Tradisi Peed biasanya diikuti ribuan krama dengan berjalan beriringan menuju Pura Taman Beji Cengcengan. ” Kami menindaklanjuti instruksi pemerintah pusat sampai ke desa. Dengan keputusan bersama bendesa dan perbekel, Peed ditidakan untuk piodalan kali ini,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)