DENPASAR, BALIPOST.com – Upacara lanjutan dari ritual Nyejer Pejati yang dilaksanakan sesuai instruksi Gubernur Bali, Wayan Koster pada 31 Maret, akan digelar. Upacara ini rencananya berlangsung Rabu (22/4) di Pura Besakih.
Menurut Ketua PHDI Bali, I Gusti Ngurah Sudiana, Sabtu (18/4), ritual peneduh gumi atau peneduh jagat akan digelar secara berjenjang. Mulai dari Pura Besakih, lalu Pura Kahyangan Tiga, hingga di tingkat rumah tangga.
“Upacara di Besakih sebagai pusat, sentral, jam 9 sudah mulai. Lanjut di Pura Kahyangan Tiga di desa adat siang, kemudian di rumah tangga juga siang sampai sore. Ini berjenjang,” ujarnya.
Menurut Sudiana, sumber upacara adalah lontar Roga Sangara Bumi. Upacara peneduh jagat dilaksanakan hanya sewaktu-waktu jika ada kejadian bencana, penyakit, gering agung dan sebagainya.
Tidak bisa hanya di Pura Besakih, tapi harus berjenjang sampai ke tingkat rumah tangga. Di rumah tangga, upacara dilaksanakan di merajan.
Sedangkan di Pura Kahyangan Tiga, upacara dilaksanakan oleh para prajuru adat. “Dengan doa serentak seluruh umat Hindu melalui upacara peneduh jagat ini, kekuatan doanya dan sradha baktinya itu akan jauh lebih meningkat dan lebih kuat dibandingkan doa sendiri-sendiri,” jelasnya.
Sudiana menambahkan, di tingkat rumah tangga, masyarakat agar menghaturkan banten pejati dan segehan putih sembilan tanding. Segehan tersebut dihaturkan kepada Bhuta Kala dengan harapan bisa membantu menetralisir gering agung yakni COVID-19. Di Pura Kahyangan Tiga, juga menghaturkan pejati namun lebih besar.
Dengan melaksanakan upacara peneduh jagat, masyarakat Bali khususnya diharapkan bisa lebih tenang dalam menghadapi virus corona. “Oleh karena itu, doa ini sangat penting untuk bagaimana memperkuat keyakinan dan bisa menaikkan imunitas tubuh. Dengan keyakinan itu sehingga virus corona bisa diantisipasi dan tubuh tidak bisa tertular,” pungkasnya. (Rindra Devita/balipost)