Bendesa Adat Kelating memberikan bantuan sembako untuk pelaksanaan karantina mandiri. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Selama ini ada stigma di masyarakat yang menolak kehadiran para tenaga kerja (naker) migran di wilayah desanya. Mereka khawatir, para naker migran ini sebagai pembawa COVID-19.

Mencegah hal tersebut, Desa Adat Kelating, Kecamatan Kerambitan mencoba menghapus stigma tersebut dengan memberikan pemahaman pada warganya, bahwa PMI tidak harus dikucilkan. Bahkan kini desa adat Kelating melalui Bendesa Adatnya memberikan perhatian kepada para pekerja migran yang melakukan isolasi mandiri di wilayah mereka dalam bentuk pemberian sembako.

Baca juga:  Satpol PP Turunkan Spanduk Penolakan Tempat Karantina PMI di Desa Samsam

Dengan harapan, para PMI merasa mendapatkan perhatian dari desanya. Tidak hanya bagi para pekerja migran yang tengah menjalani masa karantina, bantuan sembako dari Bendesa Adat Kelating ini juga diberikan pada Satgas desa adat yang terus senantiasa menjaga wilayah Kelating terbebas dari penyebaran virus, seperti pecalang, kerta desa sabha desa, relawan dan warga kurang mampu.

“Ini bentuk kepedulian kami dan memberi semangat para pekerja migran agar mereka kuat menjalani masa karantina mandiri, diharapkan daerah lain juga bisa memberikan perhatian yang sama untuk bisa saling peduli satu sama lain dalam kondisi seperti ini,” beber Bendesa Adat Kelating, I Dewa Made Maharjana, Selasa (21/4).

Baca juga:  Lebih Banyak dari Sehari Sebelumnya, Dua Kabupaten Catat Tambahan Kasus COVID-19

Pekerja migran asal Kelating yang tengah menjalani masa karantina mandiri, saat ini berjumlah 13 orang. Rencananya akan menyusul sebanyak 26 orang. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *