Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Imbauan pemerintah agar masyarakat untuk tetap tinggal di rumah dan menghindari kerumunan guna memutus rantai penyebaran COVID-19, masih diabaikan. Sejumlah warung makan, pasar, dan tempat-tempat vital lainnya masih terlihat ramai. Padahal, instansi terkait seperti Satpol PP telah berulang kali menertibkan para pedagang. Ini menandakan imbauan yang dikeluarkan pemerintah belum berjalan maksimal dalam upaya pencegahan COVID-19.

Pengamat kebijakan publik, Dr. Ida Ayu Putu Sri Widnyani, S.Sos.,M.AP. mengatakan, sebagian masyarakat Bali masih cuek terhadap imbauan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Padahal, penyebaran COVID-19 akan sulit dicegah jika tidak ada kerja sama dari masyarakat.

Baca juga:  Soal BPJS Kesehatan, Kenaikan Premi Harusnya Jadi Alternatif Terakhir

“Tidak cukup mengandalkan pemerintah, termasuk petugas medis dalam memberikan imbauan, atau mensosialisasikannya. Jika masing-masing individu tidak mengerti dan paham akan bahaya virus ini, maka akan sia-sia. Oleh karena itu, dalam memutus penyebaran pandemi ini, perlu kerja sama saling bantu antara semua pihak dan semua lini. Ini semua demi kita, demi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Jika kita secara individu tidak mentaati segala imbauan yang positif, pandemi ini tidak akan pernah putus dan tidak akan pernah berakhir,” kata dosen Magister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Ngurah Rai ini.

Baca juga:  Warga Bali Terjangkit COVID-19 Bertambah Seribuan Orang, Puluhan Korban Jiwa Juga Dilaporkan

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali, dr. I Gede Putra Sutedja berharap ada tindakan lebih tegas dari aparat. Sebab, risiko diabaikannya anjuran tidak keluar rumah adalah sulitnya memutus rantai penularan COVID-19. ‘’Sebaiknya ada tindakan tegas dari aparat. Jika tidak, sulit memutus rantai penularan. Apalagi sudah terjadi transmisi lokal dan OTG ada indikasi berkeliaran,’’ kata Sutedja.

Selain memutus rantai penularan virus, dengan tetap tinggal di rumah akan mencegah fasilitas kesehatan dibanjiri pasien COVID-19. Pengalaman di beberapa negara, jumlah pasien yang membeludak akan membuat tenaga dan fasilitas kesehatan kewalahan. Kondisi yang mengakibatkan jumlah korban meninggal akibat COVID-19 tak terbendung. (Winatha/Nyoman Winata/balipost)

Baca juga:  Pengunduran Diri Rochineng Disetujui Gubernur, Ini Penggantinya di BKD
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *