Umat Hindu sembahyang di Pura Besakih. (BP/dok)

AMLAPURA, BALIOST.com – Dalam mencegah penyebaran virus COVID-19 semakin merebak, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah. Secara niskala, desa adat yang ada di Kabupaten Karangasem diminta untuk melaksanakan upacara nunas ica dan ngeneng-ngening dan peneduh gumi, bertepatan saat tilem sasih kedasa pada Rabu (22/4).

Keputusan itu, berdasarkan kesepakatan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali. Ketua PHDI Kabupaten Karangasem, Ni Nengah Rustini, Selasa (21/4) mengungkapkan, berdasarkan keputusan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor 026/PHDI-Bali/2020 dan Nomor 06/SK/MDA-Pro-Bali/2020 tentang Pelaksanaan Nunas Ica dan Ngeneng-ngening Desa Adat di Bali Dalam Situasi Gering COVID-19 ini, seluruh warga Bali, khususnya di Karangasem melaksanakan upacara nunas ica bersama pemangku di Pura kahyangan Tiga Desa Adat, dengan cara nyejer daksina sampai COVID-19 berakhir. Khusus untuk upacara nunas ica dan ngeneng-ngening akan dilaksanakan upacara nunas ica peneduh di Pura Agung Besakih pada Rabu (22/4).

Baca juga:  UU Provinsi Bali Perkuat Kewenangan Jaga Budaya hingga Subak

“Untuk pelaksanaan upacara nunas ica peneduh gumi di Besakih, akan dilaksanakan oleh PHDI dan MDA Provinsi Bali yang jumlah persertanya terbatas  dari krama Desa Adat Besakih. Dan kami sudah mensosialisasikan kepada semua desa adat di Karangasem,” ucapnya.

Rustini menambahkan, khusus untuk pelaksanaan nunas ica pada tilem sasih kedasa, seluruh Desa Adat ngaturang banten pejati masing-masing asoroh di Pura Kahyangan Tiga di Desa Adat yang dilaksanakan pada pukul 08.00 Wita dengan jumlah terbatas. Ngaturang banten suci asoroh, sorohan tumpeng pitu asoroh, rayuan putih kuning adalung, segehan, metabuh arak berem di pangulun setra, ngarcana bhatara yama pukul 10.00 Wita.

Baca juga:  KPK Sita Lebih dari Rp1 M Dalam Kasus OTT Pj Wali Kota Pekanbaru

“Krama agar ikut grastiti upacara nunas ica peneduh gumi secara ngubeng/ngayat. Krama ngaturang banten rayunan atau sodaan putih kuning di sanggah kemulan serta segehan putih kuning di natar sanggah/merajan masing-masing,” jelasnya.

Selesai melakukan persembahyangan, umat meminta tirta pakuluh di kemulan. “Nunas urip ida bhatara-bhatari, terutama kepada bhatara tiga sakti (brahma, wisnu dan iswara). Dan ngaturang segehan sia (9) tangkih, maulam bawang, jahe dan uyah, metabuh arak berem di masing-masing lebuh/pemesu (di depan pintu masuk pekarangan),” katanya.

Baca juga:  Raja Salman Diduga akan Kunjungi Dua Obyek Wisata Ini

Dia menjelaskan, desa adat juga melaksanakan ngeneng-ngening. Secara sekala ngeneng adalah semua krama yang ada si desa adat dihimbau agar meneng (tinggal di rumah masing-masing) sesuai dengan anjuran pemerintah, yakni bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah atau sembahyang dari rumah dengan membatasi bepergian ke luar rumah kecuali ada kegiatan mendesak. Dan skala niskala ngening adalah, krama dan krama tamiu agar sembahyang pagi dan sore hari di sanggah/merajan masing-masing. “Kami harap, dengan pelaksanaan ini, seluruh masyarakat khususnya Karangasem selalu diberikan keselamatan dan terhindar dari virus COVID-19 ini,” harap Rustini. (Eka Prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *