Tedros Adhanom Ghebreyesus. (BP/AFP)

JENEWA, BALIPOST.com – World Health Organization (WHO) pada Rabu (23/4) memperingatkan bahwa krisis COVID-19 belum akan berakhir dalam waktu dekat. Sebab, masih banyak negara yang sedang berada di tingkat awal dalam memerangi virus ini.

Dikutip dari AFP, total kematian sudah melewati 180 ribu kasus. Pandemi ini tidak hanya mengguncang sistem kesehatan darurat, tapi juga ekonomi global dengan sejumlah bisnis berupaya untuk bertahan, jutaan tak punya pekerjaan, dan jutaan lagi menghadapi kelaparan.

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dengan menimbang tingginya angka pengangguran dan Pilpres pada November mendatang, menandatangani perintah untuk menunda dikeluarkannya green card (kesempatan bagi calon imigran untuk mendapatkan status sebagai penduduk tetap hukum di Amerika Serikat) hingga 60 hari ke depan.

Baca juga:  Lima Zona Orange dan Warga Kabupaten Luar Bali Catat Tambahan 2 Digit

Pakar kesehatan di negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu memperingatkan kemungkinan gelombang kedua coronavirus dengan datangnya musim flu pada musim dingin ini. Peringatan ini dilontarkan seiring akan dibukanya sejumlah bisnis di beberapa negara bagian AS.

Banyak negara di dunia telah berupaya untuk memerangi pandemi ini, yang telah membunuh 180 ribu orang dan menginfeksi sekitar 2,6 juta orang di seluruh dunia.

Baca juga:  Doa Bersama Agar Pandemi Segera Berakhir

Sejumlah negara telah memberikan kelonggaran terhadap kebijakan penguncian yang diterapkan, namun Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengeluarkan peringatan. “Jangan berbuat kesalahan. Kita masih memiliki waktu yang sangat panjang. Virus ini akan bersama kita dalam waktu yang lama,” kata Tedros dalam konferensi pers virtualnya.

Ia mengingatkan bahwa sejumlah negara sedang berada di titik awal dari epidemi. Dan sejumlah negara yang terdampak pada awal pandemi mulai mengalami peningkatan kasus.

Kawasan Eropa yang terdampak paling parah mengalami peningkatan jumlah kematian, dengan jumlah hingga kini sebanyak 110 ribu kasus. Sementara Italia, negara yang terdampak paling parah di Eropa kini mengalami kumulatif kematian mencapai 25 ribu.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Menurun, Jembrana Sisakan Satu Isoter

Finlandia yang mulai melonggarkan kebijakan penguncian wilayah akan melakukan pembatasan orang berkumpul tidak lebih dari 500 orang hingga Juli. Di Spanyol, yang kini kembali mengalami peningkatan kematian dalam dua hari terakhir, pemerintahnya telah mengumumkan tidak akan melakukan pelonggaran kebijakan penguncian wilayah sampai pertengahan Mei.

“Kami harus sangat berhati-hati dalam fase ini,” kata Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *