DENPASAR, BALIPOST.com – Para pekerja migran tercatat paling banyak terjangkit COVID-19 di Bali. Dari akumulatif 177 pasien positif COVID-19 hingga Jumat (24/4), 112 diantaranya adalah pekerja migran.
“Jadi kalau saja saya tidak menerapkan rapid test di bandara, di pelabuhan Gilimanuk, pelabuhan Benoa, saya kira Bali bisa kebobolan,” kata Gubernur Bali Wayan Koster di Jayasabha, Denpasar, Jumat.
Padahal, lanjut Koster, bila merujuk aturan dari pemerintah pusat sebetulnya tidak perlu lagi ada rapid test. Terutama bagi pekerja migran yang sudah membawa sertifikat sehat dari negara tempatnya bekerja.
Dengan kata lain, mereka bisa langsung dikarantina mandiri di rumah masing-masing saat pulang ke Bali. XTapi saya memperketat kebijakan, pengawasan bagi para PMI (Pekerja Migran Indonesia, red) dan ABK ini. Jadi dilakukan rapid test dan ternyata banyak yang positif,” jelasnya.
Dengan dilakukan rapid test saja, Koster menyebut kini sudah ada lebih dari 100 pekerja migran yang diketahui terjangkit COVID-19. Jika tidak dilakukan rapid test terhadap para PMI, jumlah masyarakat Bali yang positif COVID-19 bisa jadi akan lebih banyak.
Sebab, para PMI yang positif pasti akan langsung menyebar di masyarakat dan berpotensi menyebabkan terjadinya transmisi lokal. Sedangkan dengan rapid test, bila hasilnya positif, akan langsung dibawa ke tempat karantina dan rumah sakit sehingga tidak sempat menyebar di masyarakat.
“Seandainya tidak ada PMI pulang, transmisi lokal di Bali hanya nambah 1-2. Jadi sudah sangat landai sebenarnya,” terangnya.
Bila semua PMI telah pulang ke Bali, Koster mengaku akan fokus pada proses penyembuhan yang positif COVID-19. Kalau sudah selesai proses itu, baru berlanjut ke program pemulihan (recovery) pariwisata dan ekonomi. (Rindra Devita/balipost)