Pasukan Angkatan Udara Italia melakukan pertunjukan akrobatik dalam rangka peringatan Hari Kebebasan ke-75 setelah Nazi tidak lagi menjajah pada 1945, di tengah suasana karantina wilayah akibat pandemi COVID-19. (BP/AFP)

ROMA, BALIPOST.com – Italia mengumumkan akan menyiapkan batasan harga untuk masker dan meningkatkan tes antibodi seiring akan berakhirnya karantina wilayah terlama di dunia. Italia sudah melakukan penguncian sejak 9 Maret atau selama hampir 6 pekan hingga Minggu (26/4).

Negara Mediterania ini kini menunggu langkah selanjutnya terkait kebijakan karantina wilayah yang akan berakhir pada 3 Mei. Kebijakan ini akan menentukan langkah selanjutnya dari negara dengan perekonomian ketiga terbesar di zona Eropa itu dan kebebasan 60 juta warga Italia untuk menikmati musim panas.

Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, dikutip dari AFP, dilaporkan sudah mempresentasikan kebijakan untuk secara perlahan melonggarkan karantina wilayah dalam waktu 4 minggu. Warga Italia kemungkinan akan diperbolehkan keluar rumah secara bebas untuk pertama kalinya sejak 9 Maret pada awal Mei.

Taman-taman akan dibuka kembali dan bangsa itu bisa mulai bekerja dan keluar dari peristiwa traumatis yang pernah dialami sejak Perang Dunia II. Namun, apa yang terbentang di depan mata saat ini tidak sama dengan kehidupan warga Italia sebelumnya.

Baca juga:  Pakis Bali Gelar Donor Darah Hari Ibu di Bali TV

Kasus kematian akibat COVID-19 di Italia mencapai 26.384 jiwa, masih yang tertinggi di Eropa dan peringkat kedua dunia setelah Amerika Serikat. “Coronavirus telah melemah, namun belum terkalahkan,” kata Komisioner Respons Darurat Italia, Domenico Arcuri.

Sejumlah media melaporkan bahwa restoran akan mulai melayani pesan antar, namun semuanya akan tetap tutup pada 4 Mei.

Pemerintah kemungkinan akan membuka kembali museum pada 18 Mei dalam upaya memberitahukan pada dunia bahwa Italia sudah kembali, tulis media cetak Corriere della Sera.

Namun, langkah-langkah ini akan dihentikan begitu ada tanda-tanda peningkatan jumlah infeksi baru harian. Wabah COVID-19 di Italia berlangsung berminggu-minggu. Sebuah institusi kesehatan publik, ISS, mengatakan seorang yang terinfeksi COVID-19 menyebarkan virus itu rata-rata ke 0,2 sampai 0,7 orang lain secara nasional. Sebuah angka rerata yang rendah dan cukup untuk mulai keluar dari karantina wilayah.

Baca juga:  2022, Indonesia Catat Rekor Tertinggi Kasus TBC

Menyikapi adanya kemungkinan gelombang kedua, warga diharuskan menggunakan masker di tempat-tempat umum dan melakukan tes antibodi secara nasional. “Kami akan menetapkan harga maksimum untuk penjualan masker,” kata Arcuri.

Namun, ia tidak menjelaskan apakah ada keharusan warga menggunakan masker ketika keluar rumah.

Uji serologis didesain untuk mengetahui berapa banyak orang yang sudah memiliki virus di dalam tubuhnya dan menjadi kebal terhadapnya. Produksi untuk pengujian antibodi yang akurat baru saja dimulai dan World Health Organization (WHO) memperingatkan bahwa saat ini belum ada bukti yang menyebutkan seseorang tidak bisa terkena COVID-19 dua kali.

Namun, kawasan Lombardy yang merupakan episentrum dari wabah ini di Italia, memulai uji serologis sejak Kamis. Arcuri mengatakan 150.000 uji antibodi akan mulai didistribusikan di 20 kawasan Italia pada 4 Mei. Ia pun memperingatkan tidak ada tes di dunia ini yang 100 persen akurat.

Baca juga:  Tempat Hiburan Malam di Bali Disoroti, Beroperasi Tanpa Memperhatikan Prokes

Pemerintah Italia bertujuan memperoleh tingkat akurasi paling tidak 95 persen.

PM Italia juga dilaporkan telah mengajukan pilihan untuk menyediakan thermal scanner di Bandara dan stasiun kereta api sehingga orang-orang yang sedang demam bisa diketahui. Kemudian akan dilakukan tes virus untuk upaya pencegahan. Namun, akan banyak orang tanpa gejala yang bisa lewat tanpa terdeteksi.

Italia juga mengikuti arahan dari Uni Eropa untuk membuat aplikasi yang didesain memperingatkan orang jika mereka kontak dengan seseorang yang positif COVID-19. Tapi, sejumlah dokter mengatakan tidak semua orang di Italia memiliki handphone sehingga tipe penelusuran kontak ini bisa berlaku efektif dalam skala nasional. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *