Dosen Kampus STAHN Mpu Kuturan Singaraja menggalang donasi untuk para mahasiswa Minggu (26/4). (BP/Mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 berdmapak pada semua lini kehidupan masyarakat saat ini. Tidak hanya pekerja harian atau swasta saja yang menerima dampak pandemi ini, para mahasiswa dari luar daerah ikut terdmapak dalam situasi paceklik ini. Prihatin dengan dituasi ini, civitas kampus melakukan gerakan kolektif dan solidaritas untuk mahasiswa yang tidak pulang kampung Minggu (26/4).

Aksi ini dilakukan para dosen di Kampus Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja. Mereka menggalang bantuan sembako untuk mahasiswa yang kini lebih banyak menghabiskan waktu bertahan hidup di rumah kos yang mereka sewa.
Koordinator aksi Nyoman Suka Ardiyasa, M.Fil.H., mengakui, gerakan ini dilakukan spontan dan kolektif di internal dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Para mahasiswa di kampus tersebut tidak hanya berasal dari Bali, tetapi ada juga dari luar daerah. “Karena keterbatasan biaya pulang kampung dan pertimbangan keamanan mereka memilih tinggal di kos-kosan. Kondisi krisis seperti ini menyebabkan mereka serba kekurangan dan harus survive, “katanya.

Baca juga:  Dua Hari Berturut, Tambahan Kasus COVID-19 dan Pasien Sembuh di Bali Capai Puluhan Orang

Menurut Suka Ardiyasa, sembako yang dikumpulkan, kata dia merupakan donasi para dosen dalam waktu yang sangat singkat. Sementara pembagian sembako sudah dilangsungkan sejak Sabtu (25/4). Adapun kebutuhan sembako terdiri dari beras, mie instan, telur, hingga minyak goreng. Ada 40 sembako yang di didistribusikan kepada para mahasiswa. Pembagian dilakukan secara tertib dengan mematuhi protokol kesehatan. Rencananya, bantuan sembako tersebut akan dilakukan kontinu hingga kondisi betul-betul kondusif. “Kami juga membagikan masker untuk mahasiswa,” imbuhnya.

Baca juga:  Tatap Muka Dengan Dosen dan Mahasiswa Kopertis, Koster Siapkan Program KKN Semesta Berencana

Sementara, salah satu mahasiswa penerima bantuan, Ayu Widiastuti asal Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara mengaku bersyukur dan tidak menyangka jika dirinya dan kawan-kawan lainnya yang masih menetap di Singaraja mendapat perhatian. Ia mengakui, hasil panen pertanian di kampung halaman anjlok membuat orang tuanya belum bisa mengirimkan uang bulanan. “Ini sangat membantu. Soalnya kiriman terakhir bulan Januari dari orang tua. Saya hanya mengandalkan beasiswa bidikmisi sampai sekarang,” katanya. (Mudiarta/Balipost)

Baca juga:  Mahasiswa Terseret Arus Asal Probolinggo Ditemukan Tak Bernyawa
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *