C. Prammu Hartadi, S.Psi. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masifnya kasus COVID-19 di Bali semakin membuat cemas masyarakat. Tidak hanya cemas akan penularannya, tetapi juga tentang kehidupan sehari-hari mereka yang semakin sulit.

Sebab, kebanyakan dari masyarakat kehilangan mata pencaharian dan aktivitas lainnya. Kecemasan ini sangat berpengaruh terhadap keadaan psikologis masyarakat. Hal ini diungkapkan Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Wilayah Bali, C. Prammu Hartadi, S.Psi.

Dikatakan, kecemasan yang dirasakan masyarakat di tengah pandemi COVID-19 tidak hanya dari segi ekonomi namun juga akan kebutuhan pokok, pendidikan, keselamatan dan kecemasan lainnya. Lebih dari itu, masyarakat juga cemas karena kehilangan perasaan untuk mengendalikan (sense of control) karena virus Corona menjadi musuh yang tidak terlihat.

Baca juga:  Pariwisata Lesu, Banyak Warga Karangasem Beralih ke Pertanian

Sehingga, infeksinya bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. “Untuk dapat tetap tenang, berusaha agar pikiran kita tetap berada di atas tingkat kecemasan kita. Artinya, kita tidak membiarkan emosi dan cemas kita menguasai pikiran dan tubuh kita,” ujarnya.

Kecemasan terhadap dampak COVID-19 tidak hanya dirasakan oleh segelintir orang, tetapi semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, sudah saatnya kita bisa saling membantu dan saling menguatkan. “Kita bisa berharap pada solidaritas sosial yang sekarang terus terbangun, selain kita bisa berharap pada pemerintah. Jika anda merasa perlu bantuan, tidak perlu sungkan untuk menyatakan bahwa anda memerlukan bantuan,” tegasnya.

Baca juga:  Minimalisir Dampak COVID-19 dan Pulihkan Ekonomi, Belanja Pemerintah Dipercepat

Unit komunitas dalam lingkup kecil, seperti dusun/banjar bisa menjadi bagian penting menciptakan ketenangan. “Kita bisa mendorong orang-orang di lingkungan tempat tinggal kita untuk membuka komunikasi dan berkoordinasi untuk membentuk kelompok dukungan bagi warganya. Keguyuban dan gotong royong dalam lingkup kecil komunitas bisa membantu untuk menciptakan ketenangan,” katanya.

Sementara itu, untuk mengurangi tekanan psikologis bagi masyarakat terdampak, peran pemerintah juga sangat diharapkan. Pemerintah harus menunjukkan atau memberi tanda yang kongkrit bahwa pemerintah ada, siap, dan akan membantu. Artinya, pemerintah dan siapa saja menunjukkan bahwa mereka sudah siapkan memberikan bantuan kebutuhan, baik material maupun non-material. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Direncanakan Sejak 23 Tahun Lalu, Festival Imlek Bersama Disambut Antusias
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *