AMLAPURA, BALIPOST.com – Kasus kematian babi milik para peternak di Kabupaten Karangasem hingga kini masih terus terjadi. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Pertanian Karangasem, jumlah babi yang mati di bumi lahar mencapai 315 ekor yang tersebar di delapan kecamatan.
Kabid Peternakan dan Kesehatan hewan, Dinas Pertanian Karangasem, I Made Ari Susanta, Senin (27/4), mengatakan, kasus kematian babi milik peternak di Karangasem memang sampai saat ini masih terjadi. Dari laporan terbaru yang diterima pihaknya, kasus kematian babi milik peternak terjadi di Desa Duda Utara Selat, Dusun Abang.
“Jumlah babi peternak yang mati di dua desa ini mencapai puluhan ekor. Secara akumulatif, jumlah babi mati di Karangasem mencapai 315 ekor. Kematian ini, tersebar di semua kecamatan yang ada,” ujar Ari Susanta.
Ari Susanta mengatakan, untuk mencegah terus bertambahnya kasus kematian babi milik peternak, maka pihaknya telah menghimbau atau mengedukasi kepada peternak supaya melakukan pengendalian, supaya kedepannya bisa terhindar dari serangan virus. Para peternak juga di minta, untuk melakukan peningkatan bio security dalam hal ini pembatasan lalu lintas orang ke kandang babi secara selektif.
“Peternak di minta supaya membatasi aktivitas orang luar di kandangnya. Termasuk pembatasan peralatan dan bahan-bahan makanan yang masuk ke dalam kandang. Dan peternak lebih dulu harus memasak makanan sebelum diberikan ke ternak. Termasuk, peternak juga di minta melakukan penyemprotan kandang secara kontinu. Bila tak ada disinfektan, peternak bisa memakai baclyin di campur dengan air untuk disemprotkan ke kandang miliknya untuk mengantisifasi virus,” jelasnya.
Dia menjelaskan, untuk saat ini memang sangat minim anggaran untuk pengadaan disinfektan. Dan pihaknya akan mengupayakan, supaya di APBD Perubahan dianggarkan untuk pengadaan disinfektan ini. “Di APBD induk memang belum ada pengadaan disinfektan. Semoga di perubahan bisa dianggarkan,” harap Susanta. (Eka Prananda/Balipost)