Warga berjalan-jalan di New Zealand, setelah adanya pelonggaran kebijakan penguncian pada Selasa (28/4). (BP/AFP)

PARIS, BALIPOST.com – Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 saat ini sudah melampaui tiga juta orang di seluruh dunia. Namun, kondisi ini tidak menyurutkan sejumlah negara yang terdampak parah dari virus ini untuk bersiap melonggarkan penguncian (lockdown) wilayah.

Prancis dan Spanyol, misalnya, pada Selasa (28/4), menyiapkan detil terkait strategi yang akan dilakukan untuk ke luar dari penguncian wilayah. Dikutip dari AFP, kedua negara ini terdampak cukup parah dengan puluhan ribu orang meninggal dunia dan ratusan ribu warganya terjangkit.

Sementara itu, Italia yang merupakan negara yang paling parah terdampak virus ini di Eropa dan juga paling pertama melakukan penguncian wilayah 7 minggu lalu, sudah memberikan izin bagi pekerja proyek dan pabrik untuk mulai bekerja pada Senin.

Mulai minggu depan, Italia berencana untuk mengizinkan olahraga di luar ruangan dan mengunjungi keluarga. Tapi dengan syarat harus menggunakan masker dan dilarang berpelukan dan berjabatan tangan.

Baca juga:  Jangan Anggap Remeh COVID-19, Tingkatkan Kewaspadaan!

Spanyol juga telah mulai melonggarkan penguncian wilayah. Detil terkait kebijakan itu akan diumumkan pada Selasa ini.

Sedangkan Prancis akan mulai melonggarkan karantina wilayah pada 11 Mei.

Penjual bunga, dokter gigi, dan lainnya mulai bekerja di Swiss. Kebijakan tiga fase yang diterapkan Swiss terkait upaya kembali ke kehidupan normal ini, fase pertama adalah membiarkan kelompok bisnis dan profesional mulai bekerja.

Tapi, di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson yang baru pulih dari COVID-19 mengingatkan warganya untuk bersabar. Ia mengingatkan bahwa terlalu dini bagi Inggris untuk mengikuti negara-negara Eropa lainnya yang sudah mulai menyiapkan kebijakan kembali ke normal.

Baca juga:  Korban Jiwa COVID-19 Nasional Bertambah Hampir 20 Orang

Di belahan dunia lainnya, Perdana Menteri New Zealand, Jacinda Arden mengatakan bahwa bangsanya telah berhasil memenangkan peperangan melawan COVID-19.

Warga New Zealand berpesta dengan makanan cepat saji dan kudapan dari warung kopi untuk pertama kalinya dalam 5 minggu setelah negara itu melakukan pelonggaran terhadap kebijakan pengucian yang salah satunya adalah melarang adanya pesan antar.

Surfer dan perenang juga kembali untuk mengejar gelombang di Pantai Bondi, Australia, yang sejak akhir Maret ditutup untuk pengunjung. Pantai berpasir putih itu masih dilarang bagi warga yang berjemur, pelari, dan keluarga.

Di saat sejumlah negara sudah mulai keluar dari penguncian wilayah, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan bahwa pandemi yang dampaknya mematikan ini bisa dihentikan dari sumbernya, Tiongkok. Ia pun mengindikasikan bahwa AS akan mencari ganti rugi dari Tiongkok.

Baca juga:  Pasien COVID-19 Meninggal Terbaru, Jasadnya Masih di RSU Bangli Karena Ini

Setidaknya 209.000 orang dilaporkan meninggal karena COVID-19 di seluruh dunia. Seperempatnya berada di Amerika Serikat yang juga merupakan negara terdampak terparah.
Total kasus kematian yang dilaporkan di AS, menurut Johns Hopkins University, mencapai 56.144 jiwa dengan kasus terkonfirmasi positif mencapai 987.022 orang.

“Kami tidak senang dengan China… Kami percaya ini bisa dihentikan di sumbernya. Ini bisa dihentikan secara cepat dan tidak akan menyebar ke seluruh dunia,” kata Trump.

Angka 3 juta warga dunia yang terjangkit COVID-19 ini kemungkinan belum mencakup seluruh kasus infeksi virus ini. Sebab, banyak negara yang hanya melakukan tes pada kasus-kasus serius. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *