Asephi

DENPASAR, BALIPOST.com – Wabah COVID-19 juga menyebabkan ekspor dari Bali terdampak. Pelaku usaha eksportir dan produsen handicraft saat ini hanya melayani order 3 – 4 bulan sebelumnya. Sementara order baru hampir tidak ada.

Ketua BPD Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali Ketut Dharma Siadja mengatakan, dalam kondisi wabah ini, Asephi yang bergerak di ekspor dan handicraft sudah hampir mati suri, karena kegiatan ekspor hampir tidak ada. “Kalaupun ada ekspor, masih kecil sekali,” ujarnya.

Sehingga untuk terus menggerakkan usaha mereka, ia menganjurkan untuk membuat barang – barang yang dibutuhkan di tengah pandemi ini.  Misalnya, anggota yang selama ini bergerak di produsen garmen, ia menyarankan memproduksi alat – alat kesehatan seperti masker,  gown, dan lainnya. Anggota Asephi yang selama ini produsen bahan – bahan spa, juga kini memproduksi handsanitizer.

Baca juga:  Sejumlah Desa di Kintamani Dilanda Hujan Abu dan Pasir

Meski terdampak, namun diakui masih ada kegiatan ekspor namun tidak sebanyak sebelumnya. Saat ini anggota lebih banyak mengerjakan orderan 3 – 4 bulan sebelumnya. Sedangkan order – order baru saat ini tidak ada.

“Kita sekarang mengerjakan apa yang menjadi pesanan buyer – buyer kita di luar negeri, Amerika dan juga Eropa, yang sudah diorder 3 bulan – 4 bulan yang lalu. Kita menghabiskan order – order mereka. Sedangkan order – order yang baru datang itu hampir sedikit sekali, karena Amerika dan Eropa barat sebagai pasar terbesar kita untuk handicraft, itu mereka sangat kacau dengan COVID 19 ini,” tuturnya.

Baca juga:  Malaysia Berlakukan Larangan Ekspor Ayam

Sehingga saat ini kegiatan ekspor dikatakan sedang berjalan pelan. Ia berharap pemerintah juga memberi stimulus pada perajin,  tukang patung,  tukang amplas, dan lainnya.  Karena mereka juga kehilangan pekerjaan akibat tidak adanya order ekspor.

“Pekerja di sektor handicraft, mulai dari tukang amplas, tukang patung belum lagi yang di kampung – kampung, ada di Gianyar, Bangli, Karangasem, itu banyak pengrajin kita. Jadi mereka kehilangan pekerjaan karena tidak ada order, tidak ada pesanan dari eksportir otomatis ke bawahnya juga tidak ada pekerjaan bagi mereka.  Karena tidak ada pekerjaan tentunya tidak ada penghasilan dalam keseharian mereka,” imbuhnya. (Citta Maya/Balipost)

Baca juga:  Banjar Tembau Kelod Gelar “Ngodak Pelawatan Sesuhunan” Ida Ratu Ayu
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *