DENPASAR, BALIPOST.com – Akibat merebaknya virus COVID-19, kini peternak mandiri dan mitra mandiri tidak beraktivitas. Karena modal sudah hampir habis, akibat kerugian yang parah.
Ketua Pinsar Broiler Bali (PBB) Ketut Yahya Kurniadi, Selasa (28/4) mengatakan, pengurangan produksi ini dilakukan sejak pertengahan bulan Maret hingga benar -benar berhenti berproduksi pada bulan ini.
“Ya.. Sekarang kita jadi penonton dulu. Mau ngapain juga, semua lagi sepi,” ungkapnya, Selasa (28/4).
Di samping itu, belum adanya gambaran kapan wabah ini akan mereda, membuat para peternak memilih diam. Ia mengungkapkan, saat ini hanya mitra pabrik yang masih ada sedikit aktivitas. “Paling sekitar 40 persen, mereka memasukkan DOC (day old chicken), ” ujarnya.
Situasi saat ini menurutnya sangat berbeda 180 derajat dari tahun – tahun sebelumnya. Harga ayam di seluruh Indonesia di tingkat peternak hancur, sangat berat hanya untuk menyentuh harga pokok produksi (HPP).
Dengan pembatasan orang berkerumun dan imbauan social distancing, semua perayaan dan kegiatan tidak bisa berjalan. Daya beli masyarakat juga rendah, karena sudah hampir dua bulan tidak bisa beraktivitas normal. “Apalagi Bali, dengan mati surinya pariwisata, sangat berat situasinya ke depan, ” ujarnya.
Ayam tidak terserap dengan baik sehingga terjadj penumpukan di kandang dan harga ditawar sangat murah. Serapan ayam hanya 40 persen atau sekitar 60.000 ekor per hari, yang dalam keadaan normal 180.000 – 200.000 ekor per hari.
Ia berharap pemerintah meninjau kembali kebijakan untuk jam buka pasar tradisional. Dengan dibatasinya jam buka, justru ia melihat ada penumpukan pembeli di pasar. Selain itu ia berharap, pemerintah menyikapi kembali maraknya daging dari Jawa dengan kualitas yang tidak baik masuk ke Bali. (Citta Maya/Balipost)