WASHINGTON, BALIPOST.com – Anak-anak umumnya jarang terjangkit COVID-19, namun ketika mereka terjangkit, ada komplikasi yang dirasakan. Sindrom sensasi terbakar ini diungkapkan seorang dokter yang menjelaskan bahwa pasien merasa setiap pembuluh darahnya seperti terbakar.
Badan Pelayanan Kesehatan Nasional Inggris yang pertama kali memperingatkan adanya sindrom ini pada minggu lalu. Terdapat sejumlah anak-anak yang terjangkit COVID-19 memiliki sindrom yang terkait dengan sindrom syok karena keracunan dan penyakit kawasaki.
“Semua dokter spesialis anak dan tenaga medis yang ada dalam layanan kritis bekerja bersama untuk melihat apakah ini ada kaitannya dengan COVID-19,” kata Menteri Kesehatan Prancis, Olivier Veran pada Rabu (29/4) dikutip dari AFP.
Data memperlihatkan bahwa anak-anak secara keseluruhan bukan termasuk golongan berisiko tinggi terpapar COVID-19, hanya sekitar 0,4 persen yang dirawat di RS di AS, menurut data yang dirilis pada bulan lalu.
Namun, laporan terkait adanya komplikasi autoimun yang terjadi di Eropa dan AS membutuhkan perhatian dari para orangtua agar tetap berhati-hati, kata sejumlah dokter. Sebab, masih banyak riset yang diperlukan untuk mengaitkan gejala-gejala itu dengan virus corona.
Seorang Psikiater, Sunil Sood, di Cohen Children’s Medical Center yang berlokasi di New York, mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya telah melihat gejala ini muncul di 5 sampai 6 kasus dalam 3 minggu ini. “Dan kami heran, kenapa anak-anak yang berusia lebih tua, dari yang biasanya mengalami penyakit Kawasaki, dirawat dengan keluhan sensasi terbakar di pembuluh darah,” ujarnya.
Penyakit Kawasaki merupakan penyakit misterius yang menjangkiti anak-anak hingga berumur 5 tahun. Penyakit ini menyebabkan pembuluh arteri terasa terbakar, yang menimbulkan demam, kulit terkelupas, dan sakit persendian.
Meskipun menakutkan, umumnya anak-anak yang menderita penyakit ini dapat sembuh tanpa mengalami permasalahan serius.
Di Paris, Prancis, kasus-kasus COVID-19 yang merasakan sensasi terbakar dialami sekitar 20 anak-anak, kata Kepala Departemen Kardiologi Anak di RS Necker, Damien Bonnet.
Namun, ia mengatakan rekan-rekannya di seluruh Prancis melaporkan bahwa kasus ini juga terjadi. Hanya saja, jumlah kasusnya terbatas.
Kasus pertama yang datang ke RS Necker, jelasnya, terjadi sekitar 3 minggu lalu. Dan itu mengalami peningkatan sekitar 8 hari.
Pasien Bonnet, yang berusia antara 2 hingga 18 tahun telah memperlihatkan berbagai gejala, mulai dari gangguan pencernaan, sesak nafas, dan permasalahan jantung.
“Sebagian besar memerlukan pengobatan untuk mendukung fungsi jantungnya,” kata Bonnet.
Kasus sejenis juga ditemukan oleh Sood. “Mereka datang dengan penurunan tekanan darah, syok, penurunan fungsi otot jantung, meskipun mereka kebanyakan adalah remaja,” jelasnya.
“Satu-satu cara bagi dokter untuk menjelaskan ke orangtua adalah seluruh pembuluh darah di dalam tubuh mereka terbakar,” tambahnya.
Beberapa juga memiliki kesulitan bernafas, namun tidak separah orang dewasa yang mengalami hal tersebut saat menderita COVID-19 yang parah.
Masih belum diketahui apakah virus corona yang menjadi penyebabnya. (Diah Dewi/balipost)