Petani rumput laut Nusa Penida saat memilah hasil panennya. (BP/Gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Wilayah kepulauan Nusa Penida tidak sepenuhnya sepi. Ditengah pandemi, warga setempat tetap berjuang menatap hidup melalui pertanian rumput laut. Rumput laut tetap menggeliat, bahkan masih bisa memenuhi permintaan ekspor.

Ekonomi yang sempat tumbuh pesat dengan pariwisata memang sangat terpukul jatuh akibat pandemi corona. Tetapi, masyarakat lokal tetap tidak mau berpangku tangan larut dalam situasi itu. Sektor pertanian rumput laut tetap berproses. Salah satu pengepul rumput laut, I Wayan Budiana, belum lama ini, mengatakan dia tetap giat mengumpulkan hasil produksi rumput laut milik petani lokal setempat.

Hasil panen rumput laut dibeli dengan harga mulai dari Rp 8 ribu sampai Rp 15 ribu per kg. Tergantung tingkat kekeringan hasil panen mereka. Bila kadar air rumput lautnya masih sekitar 35 persen, maka dibeli seharga Rp 8.000 per kg. Kalau tidak lagi basah atau sudah sering cukup bagus, bisa dibeli seharga Rp 15 ribu per kg. Rumput laut membuat warga lokal setempat masih bisa bertahan di tengah pandemi corona.

Baca juga:  Stok Sembako Untuk Warga Karantina Mandiri Menipis

Sebagai pengepul, dia aktif mengumpulkan hasil pertanian rumput laut warga setempat. Tidak hanya dari sekitar Pulau Nusa Gede, tetapi juga dari sekitar Pulau Lembongan dan Ceningan. Bahkan, ada juga kiriman dari Lombok. Seluruh hasil produksi itu dikirimkan ke Surabaya melalui jasa pengiriman dengan menggunakan container.

“Rumput laut kami beli langsung ke petani yang ada di Dusun Semaya dan Pengaud. Ada juga beberapa yang kami beli sampai ke Lembongan dan Lombok. Harganya berkisar Rp 8 ribu sampai 15 ribu per kg, tergantung kualitas rumput laut. Kami keringkan dulu sebelum dikirim menggunakan truk ke Denpasar untuk selanjutnya dikirim menggunakan jasa pengiriman menggunakan container,” terang Budiana.

Baca juga:  Nyepi, Pelayaran Sepeken ke PPI Sangsit Ditutup

Budiana mengatakan pihaknya bisa mengirim sampai 25 ton setiap minggu. Khususnya jenis Spinosom dan Cattoni berkisar 25 ton tiap minggunya. Ini tergolong masih sedikit. Karena produksi rumput laut Nusa Penida masih terganggu oleh penyakit ice-ice. Sehingga kekurangan produksi dicover dari Lombok. Meski di tengah pandemi corona, dia mengaku tidak mengalami kendala soal transportasi. Bahkan di tengah larangan mudik, proses pengiriman masih tergolong lancar.

Setelah sampai ke Surabaya, hasil produksi rumput laut ini selanjutnya diekspor ke China. Ekspor juga dikatakan tidak mengalami kendala, apalagi China perlahan sudah mampu mengatasi pandemi corona ini. Dia berharap proses pengiriman rumput laut tetap bisa berjalan lancar. Terlebih, produksi rumput laut sedang bangkit di Nusa Penida, setelah nyaris mati suri. Tenggelam oleh perkembangan pariwisata. Dengan proses ekspor ini, warga Nusa Penida juga masih bisa bertahan hidup di tengah pandemi corona.

Baca juga:  Minim, Warga Akses Perpustakaan Digital

Salah satu petani rumput laut Nusa Penida, I Made Kiye, mengaku cukup terbantu dengan pulihnya kembali produksi rumput laut. Setidaknya untuk tetap bertahan hidup di tengah pandemi, ketika pariwisata tak lagi bisa diandalkan. Dia berharap harga rumput laut kering tetap stabil, sehingga sektor pertanian rumput laut tetap bergairah. (Bagiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *