Dr. Drs. I Made Gde Putra Wijaya, SH.,M.Si. (BP/Ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pembelajaran daring atau berbasis online menjadi alternatif metode belajar yang dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penyebaran COVID-19. Hampir 2 bulan, para pelajar telah melakukan metode pembelajaran jarak jauh ini. Namun, tampaknya kebanyakan para pelajar sudah merasa jenuh, malas, dan tidak produktif hingga kangen dengan teman-teman di sekolah. Apalagi jika tugas yang diberikan banyak dan sulit. Ketika di sekolah rasanya seru, karena dapat mengerjakan tugas kelompok bersama teman sambil bersenda gurau, namun sangat berbeda jika harus mengerjakan tugas sendirian di rumah. Terkadang dibantu oleh orangtua mereka. Bahkan, siswa sekolah dasar harus dibimbing oleh orang tua mereka saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mereka.

Tokoh Pendidikan, Dr. Drs. I Made Gde Putra Wijaya, SH.,M.Si., mengakui bahwa sistem pembelajaran daring belakangan ini banyak dikeluhkan oleh para siswa. Sebab, selain harus mengerjakan banyak tugas, beban paket kuota juga menjadi persoalan yang dihadapi mereka. Tidak hanya itu, sistem pembelajaran daring juga belum efektif dijalankan siswa. Beberapa diantara mereka hanya pura-pura belajar, apabila tidak dikontrol langsung oleh orang tua mereka. Sebab, menurut mereka tugas yang diberikan oleh gurunya sangat berat.

Baca juga:  Operasi Prokes Digelar, Sejumlah Pelanggar Terjaring

Oleh karena itu, agar pembelajaran daring tidak membosankan, guru pemegang mata pelajaran tertentu harus memiliki strategi khusus. Jangan lagi menjejali siswa dengan banyak tugas, namun bagaimana mengemas mata pelajaran tersebut agar tetap menarik untuk dipelajari maupun dikerjakan oleh siswa. Seperti dalam bentuk permainan, kuis, maupun teka-teki, sehingga siswa berminat dan gembira mengerjakan tugasnya.

“Persoalnnya sekarang perlu dicarikan solusi terbaik, apa yang perlu diberikan kepada anak-anak agar mereka tidak merasa bosan dan jenuh belajar di rumah. Apalagi, belum diketahui sampai kapan sistem pembelajaran daring ini akan diberlakukan, karena kita semua belum tahunpasti kapan pandemi Covid-19 akan berakhir,”tandas Putra Wijaya, Minggu (3/5).

Baca juga:  Diduga Pakai Sabu, Siswa Diringkus

Selain itu, Ketua YPLP Kabupaten PGRI Badung ini juga berharap agar peran orangtua benar-benar nyata dalam mengarahkan dan mengontrol anak-anak mereka agar bisa mengikuti pelajaran dengan baik. “Apakah sekarang menu pembejalarannya dirubah, jangan menoton, jangan terus memberikan tugas dan instruksi pada anak-anak yang membuat mereka bosan. Sebab, dalam hal ini tidak hanya satu atau dua orang guru yang memberikan tugas, hampir semua guru memberikan tugas. Kalau tidak salah kurang lebih hampir 18 sampai 20 mata pelajaran yang harus dikerjakan dalam seminggu. Sementara dalam seminggu jam pelajaran itu antara 48 sampai 50 jam,”tandasnya. (Winata/Balipost)

Baca juga:  Enam Siswa SMA/SMK di Gianyar Tidak Lulus
BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. Pembelajaran daring diperlukan bukan hanya karena pandemi COVID 19, tetapi juga karena pembelajaran berbasis teknologi diperlukan untuk membekali siswa/mahasiswa dengan keterampilan Abad-21. Selain itu, NKRI adalah negara kepulauan yang luas. PBJJ dengan pembelajaran daring merupakan solusi terbaik.
    https://www.weedutap.com/2020/06/implementasi-pembelajaran-daring-pada.html
    https://www.weedutap.com/2020/05/blended-learning-solusi-pembelajaran.htmlPembelajaran

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *