DENPASAR, BALIPOST.com – Pascajemput paksa empat Orang Tanpa Gejala (OTG) di wilayah Desa Adat Intaran, Sanur, Denpasar Selatan, untuk diisolasi di Rumah Singgah, pihak terkait masih melacak keberadaan dua orang lagi. Pasalnya kedua orang itu sempat berinteraksi dan memesan banten di sana.
“Awalnya tiga orang, tapi satu orang terlacak alamatnya di wilayah Denpasar Timur. Tinggal dua orang yang masih dicari alamatnya,” kata Kapolsek Denpasar Selatan (Densel) Kompol Nyoman Wirajaya, Senin (4/5).
Terkait adanya karyawan penjual banten di wilayah Intaran terpapar COVID-19, menurut Kompol Wirajaya, awalnya mereka melayani pemesan banten di Karangasem. Di lokasi upacara tersebut ada satu orang tenaga kerja (naker) migran. “Salah satu karyawan dagang banten diduga terpapar di sana. Setelah di-rapid test hasilnya reaktif. Ditunggu satu minggu muncul gejala terpapar virus ini dan langsung dibawa RSUD Wangaya. Hasil swab di sana ternyata positif,” tegas mantan Kapolsek Kuta ini.
Otomatis penjual banten dan karyawannya diimbau karantina mandiri oleh bendesa adat dan camat karena hasilnya tesnya negatif. “Walau hasilnya negatif belum tentu aman,” ucap perwira melati satu asal Singaraja ini.
Karena aktivitas jual banten tetap berlangsung, warga sekitar pun khawatir. Menindaklanjuti keluhan warga tersebut, Bendesa Adat Intaran, Camat Densel dan Danramil Densel menyarankan supaya penjual banten dan karyawannya ikut karantina di Rumah Singgah, tapi ditolak. “Setelah Jro Bendesa, Camat dan Danramil koordinasi ke Polsek Densel. Saya langsung membawa pasukan ke sana dan akhirnya mereka bersedia dikarantina di Rumah Singgah. Kondisi seperti sekarang kita tidak boleh ego. Patuhi imbauan pemerintah guna memutus penyebaran COVID-19,” ungkap mantan Kapolsek Ubud, Gianyar ini. (Kerta Negara/balipost)