Ketua HIPMI Bali Dr.dr. I Gusti Nyoman Darmaputra, Sp.KK. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di awal wabah COVID-19 masuk Indonesia, yang paling pertama terkena dampak adalah bidang pariwisata. Namun ke depan, semua sektor diyakini akan Terdampak.

“Hanya masalah waktu. Dari sisi jenis usaha, ini hanya masalah duluan belakangan. Usaha pariwisata memang duluan terimbas, tapi lambat laun yang lain juga kena,” ungkap Ketua HIPMI Bali Dr.dr. I Gusti Nyoman Darmaputra, Sp.KK., Senin (4/5).

Kategori pengusaha kecil, sedang, dan menengah semua terdampak. “Usaha kecil saat ini sudah mati-matian mereka, bahkan diperkirakan hanya sampai bulan depan. Mereka mengeluhkan berat sekali,” ungkapnya.

Usaha kategori sedang dalam waktu 2 – 3 bulan dinilai masih mampu bertahan, karena pengusaha golongan sedang dan besar masih memiliki tabungan dan aset. Namun Juni diperkirakan sudah mulai berat.

Baca juga:  Jadwal PKB, Senin 8 Juli 2019

“Tapi dilihat juga sekarang dari jenis usaha. Kalau dia pengusaha besar di bidang pariwisata, sampai Juni pun sudah berat karena biaya operasional dari hotel dan pinjaman bank besar sekali,” ungkapnya.

Pengusaha pun saat ini tengah bertahan dengan menjual apapun yang dimiliki. Selain itu juga melakukan efisiensi termasuk efisiensi karyawan.

Setelah Juni yaitu Juli dan September akan semakin banyak bidang usaha yang terdampak. Sektornya pun tidak lagi bidang pariwisata tapi sudah mulai berimbas ke semua sektor.

Baca juga:  Banyu Pinaruh, Jalur ke Pantai di Denpasar Disekat

“Misalnya ada usaha kontraktor yang tidak bersentuhan langsung dengan bidang pariwiasta, juga terdampak karena proyek yang dibangun proyek pemerintah. Ketika wabah COVID-19, proyek dihentikan karena anggaran dialihkan untuk kesehatan. Padahal sudah menang tender. Jadi imbasnya kemana-mana,” tuturnya.

Pengusaha yang selama ini mengeruk keuntungan, kemudian saat wabah seakan tidak berdaya menyelamatkan karyawan. Menurutnya hal ini terjadi karena keuntungan yang didapatkan selama ini, diinvestasikan untuk pengembangan usaha.

Investasinya bisa dalam bentuk aset perusahaan seperti tanah, menambah fasilitas kolam renang jika usahanya hotel, membeli jetski atau yang lain. “Jadi uang yang didapatkan, mereka pakai untuk mengembangkan usaha, membeli mobil atau transportasi, beli tambahan jetski, dll,” jelasnya.

Baca juga:  Hindari "Free Rider," Perbankan Diminta Data Nasabah Terdampak Erupsi Gunung Agung

Menurutnya, pengusaha yang berinvestasi tahun ini untuk mengembangkan usaha inilah saat ini yang berat. Karena mereka harus membayar cicilan, sementara wabah COVID-19 telah membuat perekonomian lesu di segala lini, termasuk usahanya.

Namun jika tahun ini pengusaha tersebut sedang berinvestasi atau menyimpan uang, maka untuk operasional bisnisnya saat ini bisa bertahan. “Pengusaha tidak banyak punya tabungan, karena uang sebagian besar digunakan untuk mengembangkan usaha. Kalau salah memilih jenis usaha yang mau diinvestasikan, otomatis kreditnya akan jadi besar sekali,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *