dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Pemkab Buleleng terus melakukan upaya pencegahan penularan penyakit Demam Berdarah (DB) di Bali Utara. Selain melakukan fogging, upaya yang sekarang gencar dilakukan adalah mendistribusikan bubuk abate (obat pembunuh jentik nyamuk-red). Sebanyak 500 boks bubuk abate dibagikan di beberapa kecamatan yang terjadi kasus penularan DB.

Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG, Kamis (7/5) mengatakan, pembagian bubuk abate program pemerintah untuk mengurangi kasus DB di daerah ini. Bubuk abate ditebar pada bak-bak penampungan air yang tidak bisa dikuras. Dengan bubuk abate ini bak-bak penampungan air sulit dikuras itu dapat mengurangi jentik nyamuk Aides Agypti yang berkembang biak.

“Untuk 1 bulan ke depan bubuk abate bisa digunakan untuk membasmi jentik nyamuk yang berkembang biak di bak-bak penampungan air yang tidak bisa dikuras. Kalau sekarang sudah ada 500 boks, sudah dibagikan ke beberapa kecamatan yang banyak kasus DB,” katanya.

Baca juga:  Seluruh Kabupaten/Kota Berlakukan KTR, Pencapaiannya Cukup Bagus

Untuk 500 boks bubuk abate tersebut dibeli dari APBD Buleleng. Dari jumlah itu, pemerintah daerah sudah membagikan ke kecamatan yang banyak terjadi kasus DB belakangan ini. Wilayah itu seperti Kecamatan Buleleng, Tejakula dan Kecamatan Banjar. Rencannya, kecamatan lain juga akan dijatah bantuan yang sama. Ini menyusul Dinas Kesehatan (Diskes) Bali rencananya akan merealisasikan bubuk abate kepada Buleleng. “Abate ini paling efektif membunuh telur dan jentik nyamuk, dan nanti kecamatan lain akan kita sasar juga setelah bantuan bubuk abate dari Provinsi Bali direalisasikan,” jelasnya.

Baca juga:  Musim Angin Timur, Gelombang Laut Capai 2,5 hingga 3 meter

Selain membagikan abate, Nyoman Sutjidra mengajak warga agar rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan Menguras, Mengubur dan Menutup (3M) plus menanam tanaman penghusir nyamuk seperti sereh dan pohon liligundi. Terkait fogging, selama ini telah dilakukan oleh Diskes Buleleng setiap pukul 03.00 dini hari, menggunakan mobil keliling, sehingga tidak menimbulkan polusi. Demikian dengan fogging khusus juga dilakukan di wilayah terjadinya kasus DB. “Fogging ini untuk membunuh nyamuk dewasa saja, dan kurang efektif. Masyarakat juga harus mengukuti program 3M Plus juga. Masyarakat juga saya imbau tidur pakai kelambu agar nyamuk tidak masuk,” jelasnya.

Baca juga:  Musim Hujan, Demam Berdarah Mulai Merebak

Sementara itu, data di Diskes Buleleng menyebutkan, pada Januari sampai 20 April 2020, tercatat sebanyak 1.983 pasien yang di diagnosa terserang Demam Berdarah (DB). Dari ribuan orang itu, 5 diantaranya meninggal dunia. Pasien itu, masing-masing berasal dari Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Desa Pemaron, Lingkungan Banyuning Timur, Kecamatan Buleleng, Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, dan Desa Sudaji, Kecamatan Sawan.

Kasus DB terbanyak tersapat di wilayah Kecamatan Buleleng sebanyak 534 kasus, kemudian disusul Kecamatan Tejakula 300 kasus, selanjutnya Kecamatan Banjar 236 kasus, Kecamatan Sukasada 207 kasus, Kecamatan Seririt 199 kasus, Kecamatan Gerokgak 175 Kasus, Kecamatan Busungbiu 120 kasus, Kecamatan Kubutambahan 108 Kasus dan terakhir Kecamatan Sawan 104 kasus. (Mudiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *